Categories
Agama Islam

Doa Sholat Witir (Pengertian, Waktu dan Jumlah Rakaat)

Doa Sholat Witir – Sholat witir adalah sholat penutup yang biasanya memiliki jumlah rakaat ganjil.

Kita mengenal sholat ini sebagai sholat penutup setelah shalat tahajud, shalat malam, maupun shalat tarawih saat bulan ramadhan.

Biasanya shalat witir dilakukan sebanyak tiga rakaat terutama saat shalat witir setelah salat tarawih di Bulan Ramadan.


Pengertian Sholat Witir


Shalat witir memang bisa diartikan sebagai shalat penutup, tapi bukan hanya untuk menutup atau mengakhiri shalat tarawih saja.

Bahkan selepas shalat isya atau selepas shalat rawatib ba’da isya’ pun bisa dilakukan shalat witir. Lalu sebenarnya bagaimana waktu dan tata cara pelaksanaan shalat witir yang benar menurut syariat.


Waktu Shalat Witir


Disepakati oleh para ulama bahwa waktu shalat witir itu setelah shalat isya’ dan renggang waktunya hingga subuh tiba.

Seperti yang dijelaskan dalam hadits dari Abu Bashra radhiyallahu anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi kalian tambahan shalat, (yaitu shalat witir), maka shalatlah (witir) kalian diantara waktu shalat Isya’ hingga shalat Shubuh.”

Para sahabat mengatakan termasuk Ibnu Mas’ud dan ummul mukminin ‘Aisyah bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat witir pada awal malam, pertengahan, serta akhir malam. Kedua pernyataan tersebut terdapat dalam hadits riwayat Imam Ahmad.

Banyak hadits-hadits lainnya dari riwayat lain yang juga menyatakan bahwa semua waktu malam mulai Isya’ hingga Subuh merupakan waktu shalat witir.

Lalu bagaimana dengan mereka yang menjamak shalat Isya’nya dengan shalat Maghrib?

Sebagian besar ulama menyatakan bahwasannya mereka boleh melaksanakan shalat witir sesudah shalat isya yang dilakukannya.

Shalat Witir Ketika Jamak

Meskipun shalat isya’nya di jamak atau dilakukan di waktu maghrib. Namun, waktu shalat witir yang paling utama adalah di akhir malam atau disepertiga malam.

Hal itu lebih diperuntukkan bagi mereka yang yakin bahwa dirinya bisa bangun di akhir malam. Disamping itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun sering melakukannya di akhir malam.

Pendapat mengenai shalat witir Rasulullah tersebut di sebutkan dalam dua kitab shahih dan beberapa hadits dari para sahabat.

Beberapa diantaranya menjelaskan tentang perintah menjadikan shalat witir sebagai akhir dari shalat malam. Seluruh ulama bahkan mengatakan kesepakatan mereka dengan pendapat ini.

Bagi mereka yang tidak bisa atau tidak terbiasa bangun di malam hari disunnahkan untuk melakukan sshalat witir sebelum tidur atau sesudah isya’.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada beberapa sahabat beliau agar tidak tidur sebelum melakukan shalat witir. Sa’ad bi Abi Waqqash ra berkata, “saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda”:

الذي لاينام حتى يوتر، حازم

Artinya: “Orang yang tidak tidur sebelum melakukan shalat witir adalah orang yang teguh (Imannya).


Jumlah Rakaat Shalat Witir


Jumlah rakaat shalat witir tidak memiliki batasan tertentu, tapi paling sedikit adalah satu rakaat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam:

الوتر ركعة من اخر الليل

Artinya: “Shalat witir itu satu raka’at di akhir malam.” [HR. Muslim]

Tidak pula dimakruhkan untuk melakukan shalat witir sebanyak satu rakaat saja, berdasarkan sabda Nabi SAW:

ومن احب ان يوتر بواحدة،فليفعل

Artinya: “Dan barangsiapa yang senang melakukan shalat witir satu rakaat maka hendaklah dia melakukannya.”


Bacaan Doa dalam Sholat Witir


Disunnahkan bagi orang yang melakukan shalat witir untuk membaca pada rakaat pertama dengan surat al A’laa, rakaat kedua dengan surat Al Kafiruun, dan rakaat ketiga dengan surap al ikhlas.

Berdasarkan pada hadits hasan yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi, dari ‘Aisyah ra dia berkata yang artinya:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam membaca pada rakaat pertama dengan surat al A’la, pada rakaat kedua dnegan surat Al Kafirun, dan pada rakaat ketiga dengan surat al Ikhlas dan dua surat mu’awidzatin (surat al Falaq dan an Naas).”

Doa Qunut Sholat Witir

اَللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ
مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ.

Allahummah dinii fiiman hadait, wa ‘aafinii fiiman ‘aafait wa tawalanii fiman tawallait. Wa baariklii fiimaa a’thait, wa qinii syaramaa qadhait. Innaka taqdii wa laa yuqdhaa ‘alaik, innahu laa yadzillu man wallait, tabaarakta rabbanaa wa ta’aalait.

Artinya: “Ya Allah, berilah aku petunjuk pada orang yang telah Engkau beri petunjuk, selamatkan aku pada orang yang Kau selamatkan, kendalikan aku pada orang yang telah Kau kendalikan. Berkahilah aku pada apa yang telah Engkau berikan, lindungilah aku dari kejahatan apa yang telah Engkau putuskan. Sesungguhnya Engkaulah yang memberikan keputusan dan bukan yang diberi keputusan, sesungguhnya tidak akan hina orang yang Kau kasihi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau.”

Penempatan membaca doa qunut dalam shalat witir dilakukan pada raka’at terakhir setelah selesai dari bacaan al Fatihah dan surat sebelum ruku’. Tetap sah dilakukan juga setelah bangun dari ruku’ atau i’tidal. Baik doa qunut serta penempatannya dalam shalat witir terdapat dalam beberapa hadits hasan yang sanadnya kuat.

Doa Sholat Witir

أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْاَلُكَ إِيْمَانًا دَاِئمًا وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَا فِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَّامَ الْعَافِيَّةِ وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَّةِ وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ أَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَا مَنَا وَقِيَا مَنَا وَتَخَشُعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا أَللهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Allaahumma innaa nas-aluka iimaanan daa-iman wa nas-aluka qalban khaasyi’aan. Wa nas-aluka ‘ilmaan naafi’aan wa nas-aluka yaqiinaan shaadiqan. Wanas-aluka ‘amalan shaalihan wa nas-aluka diinaa qayyimaan wa nas-aluka khairaan katsiiraan wa nas-alukal ‘afwa wal aafiyah. Wa nas aluka tammaamal ‘aafiyah wa nas-alukasy syakra ‘alaal ‘aafiyah wa nas alukal ghinaa ‘’anin naasi.

Allahumma rabbanaa taqabbal minaa shalaatanaa washiyaa manaa wa qiyaa manaa wa takhasyu’anaa wa tadharra’anaa wa ta’abbadanaa wa tammim taqshiiranaaa. Yaa Allahu yaarhamar raahimiin wa shallallahu ‘alaa khairi khalqihi sayyidinaa muhammadin wa ‘ala aalihi wa ash-haabihi ajma’iin wal hamdulillahi rabbil ‘aalamiin.

Artinya: “yaa Allah, kami mohon pada-Mu iman yang tetap, hati yang khusyu’, ilmu yang bermanfaat, keyakinan yang benar, amal yang shalih, agama yang lurus, kebaikan yang banyak. Kami mohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, serta kesehatan yang sempurna, kami panjatkan rasa syukur kepadaMu atas karunia kesehatan dan kecukupan terhadap sesama manusia.

Wahai Allah Tuhan kami, terimalah dari kami shalat, puasa, ibadah, kekhusyu’an, rendah diri, dan ibadah kami, serta sempurnakanlah segala kekurangan kami ya Allah Tuhan yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Dan semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salm. Demikian pula keluarga, para sahabatnya, serta segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Selain doa diatas ada wirid yang biasanya dibaca setelah shalat witir sehabis tarawih.

Wirid tersebut terdiri dari kalimat syahadat, istighfar, permohonan ridha dan surga Allah, pujian atas keluasan ampunan, kalimat tasbih, dan pujian kesucian.

Demikian penjelasan kami mengenai Doa Sholat Witir Beserta Pengertian, Waktu dan Jumlah Rakaat. Semoga bermanfaat.

Categories
Agama Islam

Bacaan Dzikir Doa Setelah Sholat Wajib (Arab, Latin dan Terjemah)

Sholat merupakan tiang agama. Sholat fardhu lima waktu merupakan kewajiban mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap umat muslim semasa hidup, selama masih memiliki akal dan pikiran yang normal.

Keutamaan doa setelah sholat sangat banyak dibanding waktu-waktu lainnya.

Tidak diberikan kesempatan barang sedikitpun dalam pelaksanaannya, sekalipun dalam keadaan sakit dengan kemurahan boleh dilaksanakan dengan berbagai cara demi memenuhi kewajiban tersebut.

Dan barang siapa yang lupa mengerjakan atau secara tidak sengaja tertidur maka kewajiban pula baginya untuk mengganti ketika dia ingat.

Karena sholat adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan setiap umat muslim, sehingga jika dengan sengaja ditinggalkan maka ia termasuk ke dalam segolongan orang yang murtad, dan dianjurkan untuk segera bertaubat.


Pengertian Sholat


Jika ditilik secara bahasa, sholat berarti doa.

Sedangkan secara istilah sholat adalah ibadah yang di dalamnya terkandung ucapan dan amalan khusus, yang dimulai dengan mengagungkan nama Allah SWT (takbir) dan diakhiri dengan dua kali salam.

Maka juga tidaklah salah jika sholat disebut dengan doa, sebab memang dalam pelaksanaannya terkandung doa di setiap gerakannya.

Meskipun sholat itu sendiri sudah mengandung doa, namun setelah sholat alangkah lebih baiknya kita juga berdoa.

Baik sholat fardhu maupun sholat sunnah tentunya memiliki kekhususan doa tersendiri.

Meskipun secara umum bukanlah kesalahan jika ditinggalkan kekhususan doa tersebut.

Namun lebih baik jika doa yang dipanjatkan sesuai dengan sholat dan kepentingannya.


Dzikir


Dzikir dan berdo’a setelah sholat merupakan amalan yang dianjurkan.

Keutamaannya akan bertambah lagi jika dilakukan secara berjamaah setelah sholat sebagaimana yang sudah banyak dilakukan umat muslim.

Dzikir dan do’a juga sangat baik jika dilakukan dalam setiap kesempatan.

Memiliki hukum sunnah, juga menjadi salah satu cara yang terbaik untuk lebih mendekatkan diri dan selalu mengingat Allah SWT.

Sedangkan dzikir dan doa yang dilakukan dalam waktu sholat fardhu, seusai sholat disunnahkan untuk membaca dzikir, dapat berupa istighfar, tasbih, takbir, maupun tahlil, kemudian dilanjutkan dengan doa-doa lainnya.

Adapun doa setelah sholat ini merupakan kumpulan dari doa sehari-hari.

Bisa dimulai dengan mengucap hamdalah sebagai rasa syukur atas kehidupan, sholawat nabi untuk memuja dan mendoakan nabi, doa keselamatan dunia dan akhirat dan doa penutup.


Keutamaan Dzikir


Secara umum, dzikir memiliki banyak sekali keutamaan, berikut ini beberapa keutamaan dzikir.

  1. Perintah Allah SWT
  2. Mendatangkan pahala dan ampunan
  3. Senantiasa menjadi hamba yang diingat Allah SWT
  4. Mendapatkan ketenangan hati, serta dilimpahi kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup

Dan sesungguhnya sudah dijelaskan dalam HR. Tirmidzi;Hasan, bahwa keutamaan dzikir dan doa setelah sholat akan selalu didengar Allah SWT.

Doa setelah sholat fardhu merupakan salah satu bentuk pengabdian seorang hamba yang merendah dan meminta kepada Tuhannya.


Susunan Bacaan Dzikir setelah Shalat Fardhu


Berikut adalah rangkaian bacaan dzikir dan wirid yang perlu dibaca sesudah sembahyang Maghrib dan Subuh.

Rangkaian susunan wirid ini sebagian besar dikutip dari Perukunan Melayu, ikhtisar dari karya Syekh M Arsyad Banjar [Jakarta, Al-Aidarus: tanpa tahun], halaman 11-12.

Rangkaian wirid ini dibaca sesudah salam sembahyang Maghrib dan Subuh.

1. Membaca istighfar 3 kali (tetap mempertahankan posisi kaki):

أَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِـيْم

2. Membaca sifat Allah dan bertobat:

الَّذِيْ لَااِلَهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ المَعَاصِي وَالذُّنُوبِ وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِـىِّ الْعَظِيْمِ

3. Membaca kalimat ini sebanyak 10 kali:

لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

4. Lalu membaca doa perlindungan dari neraka sebanyak 7 kali:

اَللَّهُمَّ أَجِرْنِـي (أَجِرْنَا) مِنَ النَّارِ

5. Membaca doa keselamatan:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلَامُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ وَاَدْخِلْنَا الْـجَنَّةَ دَارَ السَّلَامِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَا ذَاالْـجَلَالِ وَاْلإِكْرَام.

(Setelah membaca doa ini, diperkenan mengubah posisi kaki menjadi duduk bersila)

6. Membaca Surat Al-Fatihah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ. غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. آمِيْنَ

7. Membaca Surat Al-Ikhlas:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.

8. Membaca Surat Al-Falaq:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ.وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.

9. Membaca Surat An-Nas:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.

10. Membaca potongan awal Surat Al-Baqarah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. الۤمّۤ ۚ. ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

11. Membaca Ayat Kursi:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ. اَللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَّلَانَوْمٌ، لَهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي اْلأَرْضِ مَن ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَابَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيْطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَآءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَلَا يَـؤدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ.

12. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284:

لِلهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

13. Membaca akhir Surat Al-Baqarah:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ، كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ، وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ. لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.

14. Membaca beberapa ayat pada awal Surat Ali-Imran:

شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ، إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلَامُ، قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الْخَيْرُ، إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ،
وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ، وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

إِلَهِيْ يَا رَبِّ

11. Membaca tasbih sebanyak 33 kali:

سُبْحَانَ اللهِ

12. Mengakhiri tasbih dengan lafal tasbih berikut ini:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا أَبَدا

13. Membaca tahmid sebanyak 33 kali:

اَلْحَمْدُ لِلهِ

14. Mengakhiri tahmid dengan lafal tahmid berikut ini:

اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَفِي كُلِّ حَالٍ وَنِعْمَةٍ

15. Membaca takbir sebanyak 33 kali:

اَللهُ اَكْبَرُ

12. Kemudian mengakhiri takbir denga lafal takbir panjang berikut ini:

اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِـىِّ الْعَظِيْمِ

13. Membaca doa berikut ini:

اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَاالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

14. Membaca shalawat berikut ini:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الغَافِلُوْنَ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ

15. Memuji Allah dengan lafal berikut ini:

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِـىِّ الْعَظِيْمِ

16. Membaca istighfar satu kali:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِـيْم

17. Membaca lafal berikut ini dua kali:

يَا لَطِيْفُ يَا كَافِي يَا حَفِيْظُ يَا شَافِي

18. Membaca lafal berikut ini satu kali:

يَا لَطِيْفُ يَا وَافِي يَا اللهُ يَا كَرِيْمُ أَنْتَ اللهُ

19. Membaca tahlil 10 kali:

لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ

20. Membaca dua kalimat syahadat berikut ini:

لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيِهَا نَحْيَى وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ الآمِنِيْنَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَكَرَمِهِ

21. Membaca Surat Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

22. Membaca Surat Al-Fatihah:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. آمين

23. Membaca istighfar sebanyak 3 kali:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِـيْمَ

24. Membaca doa singkat berikut ini:

الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ

25. Membaca doa lainnya yang lazim dibaca sesudah shalat wajib


Doa Setelah Sholat


Sedangkan doa setelah sholat fardhu sendiri, merupakan kumpulan dari beberapa doa dan bisa anda tambahkan sendiri doa secara pribadi.

Namun secara umum, biasanya berisi doa untuk kebaikan diri, kebaikan dunia dan akhirat, ketetapan iman dan islam, serta dimatikan dalam keadaan husnul khatimah.

Berikut ini doa setelah dzikir yang dapat diamalkan seusai melaksanakan sholat.

Bismillaahirohmaanirrohiim. Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin. Allaahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin wa’alaa aali sayyidina Muhammad.

1. Allaahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin sholaatan tunjiinaa bihaa min jamii’il aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa min jamii’il haajaat. Wa tuthohhirunaa bihaa min jamii’is sayyi_aat, wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad_darojaat. Wa tuballighunaa bihaa aqshol ghooyaat. Min jamii’il khoirooti fil hayaati wa ba’dal mamaat.

2. Allaahumma innaa nas aluka salaamatan fid_diin, wa ‘aafiyatan fil jasadi. Wa ziyaadatan fil ‘ilmi. Wa barakatan fir_rizqi. Wa taubatan qoblal maut. Wa rahmatan ‘indal maut. Wa maghfirotan ba’dal maut.

3. Allaahumma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil maut. Wan_najaata minan_naari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

4. Robbanaa laa tuzigh qulubanaa ba’da idz_hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rahmah. Innaka antal wahhaab.

5. Allaahummaghfirlii dzunuubi waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii soghiiroo.

6. Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wafil aakhiroti hasanah waqinaa adzaaban_naar.

Washollallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Selain Doa setelah sholat diatas, bisa juga memakai susunan doa dibawah ini.

1. Membaca Tahmid

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

Artinya : “Segala puji bagi Allah Penguasa Semesta Alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, dan bagi-Mu-lah segala syukur, sebagaimana layak bagi keluhuran zat-Mu dan keagungan dan kekuasaan-Mu

2. Membaca Sholawat Nabi

اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلاَةً تُنْجِيْنَابِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ. وَتَقْضِىْ لَنَابِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ.وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ. وَتَرْفَعُنَابِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الْغَيَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ اِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِىَ الْحَاجَاتِ

Artinya : “Ya Allah, limpahkanlah rakhmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad dan keluarganya, yaitu rakhmat yang bisa menyelamatkan kami dari semua ketakutan dan penyakit, yang bisa memenuhi semua kebutuhan kami.”

“Yang bisa mensucikan diri kami dari semua keburukan, yang bisa meninggikan derajat kami ke derajat tertinggi di sisi-Mu, dan bisa mengantarkan kami kepada tujuan maksimal dari semua kebaikan, baik semasa hidup maupun sesudah mati.”

“Sesunggunya Allah Maha Mendengar, Maha Dekat, lagi Maha Memperkenankan semua doa dan permohonan. Wahai Dzat yang Maha Memenuhi semua kebutuhan Hamba-Nya.

3. Membaca Doa Selamat Dunia dan Akhirat

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَصِحَّةً فِى الْبَدَنِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ. رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya : “Ya Allah, Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu, kebahagiaan dalam agama, dunia dan akhirat, keafiatan jasad, kesehatan badan, tambahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datang maut, rahmat pada saat datang maut, dan ampunan setelah datang maut.”

“Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, jauhkanlah kami dari siksa api neraka, dan ampunan pada saat pelaksanaan hisab.”

“Ya Allah, janganlah Engkau goyahkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”

4. Membaca Doa Untuk Orang Tua

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

“Allaahummaghfirlii Dzunuubi Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayaanii Saghiiraa”

Artinya : “Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta berbelaskasihlah kepada mereka berdua sebagaimana mereka berbelas kasih kepada diriku di waktu aku kecil.

5. Membaca Doa Bahagia Dunia dan Akhirat

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Rabbanaa Aatinaa Fid Dun Yaa Hasanatan Wafil Aakhirati Hasanatan Waqinaa Adzaabannaar”

Artinya : “Ya Tuhan Kami, limpahkanlah kepada Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jauhkanlah Kami dari siksa neraka.

6. Membaca Doa Penutup

وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

“Washallallaahu ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin Wa’alaa Aali Sayyidinaa Muhammad. Walhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.”

Artinya : “Semoga Allah memberikan rakhmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya serta segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.”

Mungkin masih banyak dari kita yang sering kali khilaf atau lupa untuk mengerjakan dzikir dan doa setelah sholat. Setelah mengetahui betapa penting dan keutamaannya, marilah kita mulai terapkan dari sekarang.

Karena sesungguhnya Alllah SWT selalu menyukai hamba-Nya yang senantiasa mau bersujud dan meminta kepada-Nya.

Dengan kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba yang lemah dan tidak memiliki apapun, sudah selayaknya kita rajin berdoa.

Demikian beberapa penjelasan kami mengenai Bacaan Dzikir Doa Setelah Sholat. Semoga bermanfaat.

Categories
Agama Islam

Pengertian Sholat (Hukum, Rukun, Syarat Wajib dan Sah)

Pengertian Sholat – Setiap muslim mempunyai kewajiban untuk melaksanakan ibadah sholat fardhu 5 waktu dalam sehari seperti yang sudah tertuang dalam rukun islam yang kedua.

Sejak dari kecil kita sudah dididik agar harus menanamkan kebiasaan sholat dan ketika sudah beranjak baligh akan menjadi kewajiban.

Sholat memiliki banyak keutamaan yang dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari baik di dunia maupun nanti di akhirat kelak.

Pada artikel ini, akan dibahas mengenai pengertian sholat, hukum sholat, syarat wajib sholat, syarat sahnya sholat dan rukun sholat.

Yuk simak penjelasannya!


Pengertian Sholat


Image Source: islamarticles.net

Sholat secara bahasa memiliki makna do’a, sedangkan secara terminology/istilah, sholat adalah sebuah ibadah yang hukumnya wajib, terdiri dari ucapan dan gerakan yang awalnya di awali dengan takbiraktul ihram kemudian diakhiri dengan mengucapkan salam.

Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, sholat mempunyai arti berupa gambaran jiwa sholat yaitu berharap kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya yang juga dengan sepenuh hati dan jiwa raga dengan segala kekhusyu’an di hadapan Allah serta ikhlas yang didasari dengan hati yang selalu berzikir, berdoa dan memujinya.

Dalam melaksanakan sholat, harus selalu berusaha untuk menjaga kekhusyu’annya.

Khusyu secara bahasa berasal dari kata khasya’a yakhsya’u yang memiliki arti memusatkan penglihatan pada bumi, memejamkan mata dan meringankan suara pada saat sholat.

Khusyu’ juga memiliki arti lebih dekat dengan kudhu’, yaitu tunduk dan takhasysyu, yaitu membuat diri menjadi khusyu’.

Suara, pengelihatan dan gerakan badan itu dapat menjadi tanda kekhusyu’an seseorang dalam melaksanakan ibadah sholat.


Hukum Sholat


Image Source: konsultasisyariah.com

Hukum sholat memiliki hukum yang dapat dikategorikan sebagai sholat fardhu dan sholat sunnah.

Sholat fardhu merupakan sholat yang wajib hukumnya untuk dikerjakan atau dilaksanakan oleh tiap orang muslim.

Fardhu sendiri terbagi lagi menjadi dua yaitu fardhu ain (merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh dilaksanakan oleh orang lain, misalnya seperti sholat lima waktu dan juga sholat jum’at untuk pria) dan fardhu kifayah (merupakan kewajiban yang tidak langsung berkaitan dengan diri yang kewajiban itu akan menjadi sunnah setelah ada yang mengerjakannya dan akan menjadi dosa jika tidak di kerjakan, misalnya seperti sholat jenazah).

Sholat sunnah (sholat nafilah) merupakan sholat yang dianjurkan/disunnahkan namun tidak diwajibkan.

Sholat nafilah juga terbagi lagi menjadi dua yaitu nafil muakad (sholat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan kuat hampir mendekati wajib, misalnya seperti sholat dua hari raya, sholat sunnah witir dan sholat sunnah thawaf) dan nafil ghairu muakkad (sholat sunnah yang dianjutkan namun tanpa penekanan yang kuat misalnya seperti sholat sunnah rawatib).


Syarat Wajib Sholat


Image Source: kiblat.net

Melaksanakan sholat tidak dapat dilakukan jika tidak memiliki ilmunya. Anda haruslah mengetahui mengenai syarat wajib sholat yang harus terpenuhi dalam melaksanakan sholat.

Menurut Imam Abu Suja yang merupakan pengarang kitab dasar Taqrib yang kemudian disarahi kitab Fathul Qarib, syarat wajib sholat ada tiga yaitu:

– Islam

– Baligh

– Berakal


Syarat Sah Sholat


Image Source: islampos.com

Tidak hanya syarat wajib, terdapat juga syarat sah sholat yang perlu diperhatikan. Masih menurut Imam Abu Suja, syarat sah sholat yang pertama yaitu:

– Sucinya badan dari hadats dan najis

– Menutup aurat dengan pakaian suci

– Berada di tempat suci

– Tahu pasti terhadap waku masuknya sholat

– Menghadap kiblat.


Rukun Sholat


Image Source: republika.co.id

Mengutip dari nu.or.id terdapat 18 rukun sholat diantaranya sebagai berikut:

1) Niat

2) Berdiri bagi yang mampu

3) Takbiratul ihram

4) Membaca surat alfatihah

5) Ruku’

6) Thuma’ninah

7) Bandung dari ruku’ dan I’tidal

8) Thuma’ninah

9) Sujud

10) Thuma’ninah

11) Duduk diantara dua sujud

12) Thumaninah

13) Duduk antara tasyahhud akhir

14) Membaca tasyahhud akhir

15) Membaca sholawat pada Nabi SAW saat tasyahhud akhir

16) Salam pertama

17) Niat keluar dari sholat

18) Tertib, yaitu mengurutkan rukun-rukun sesuai seperti apa yang telah dituturkan.

Demikian penjelasan kami mengenai Pengertian Sholat beserta Hukum, Syarat Wajib, Syarat Sah dan Rukun nya. Semoga bermanfaat.

Categories
Agama Islam

Sholat Taubat, Dalil Hukum dan Tata Cara Pelaksanaannya

Sholat taubat merupakan sholat sunnah yang dilaksanakan dalam rangka memohon ampun serta berserah diri kepada Allah ta’ala atas segala perbuatan buruk yang telah diperbuat.

Sebenarnya tidak ada keterangan mengenai sholat dua rakaat untuk mengiringi pertaubatan. Meskipun begitu bukan berarti syariat atau amalan ini tidak ada.


Sholat Taubat


Terdapat beberapa hadits yang menjelaskan perihal shalat dua rakaat yang dilakukan setelah niat untuk bertaubat.

Amalan ini yang kemudian dikenal dengan sholat taubat karena sholat dua rakaat ini mengiringi pertaubatan seseorang.

Hadits shahih yang menyebutkan tentang sholat taubat, diantaranya:

عَلِيًّا يَقُولُ إِنِّي كُنْتُ رَجُلًا إِذَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا نَفَعَنِي اللَّهُ مِنْهُ بِمَا شَاءَ أَنْ يَنْفَعَنِي بِهِ وَإِذَا حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ اسْتَحْلَفْتُهُ فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدَّقْتُهُ وَإِنَّهُ حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ وَصَدَقَ أَبُو بَكْرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّي ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ { وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ }

Dari Ali Radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku adalah seorang laki-laki yang jika mendengar sebuah hadits dari RAsulullah shallallahu alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla memberiku manfaat yang Dia kehendaki dengan perantara hadits itu. Jika ada sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan sebuah hadits kepadaku, maka aku akan memintanya bersumpah (bahwa dia benar-benar mendengar langsung dari Rasulullah SAW). Jika dia telah bersumpah kepadaku, maka aku akan mempercayainya.

Dan sesungguhnya Abu Bakar telah memberitahukan sebuah hadits kepadaku (dan ia berkata jujur) ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda: ‘Tidak ada seorangpun yang melakukan dosa lalu dia berdiri kemudian bersuci dan menunaikan shalat. Setelah itu memohon ampun kepada Allah kecuali Allah pasti mengampuninya.”

Kemudian beliau membaca ayat ini: (Artinya) ‘Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui [Ali Imran: 135].”


Tata Cara Pelaksanan Sholat Taubat


Bila melihat hadits diatas dapat disimpulkan tata cara sholat taubat tak ada beda dengan kebanyakan shalat lainnya, yaitu:

1. Berwudhu dengan sempurna (sesuai sunnah yang disyariatkan).

2. Sholat dua rakaat dengan tata cara yang sama dengan sholat pada umumnya.

3. Tidak ada bacaan yang dikhususkan dalam sholat taubat. Setelah membaca surat Al Fatihah bisa dilanjutkan dengan surat atau ayat Quran apapun yang dihafal.

4. Khusuk dalam shalat karena mengingat dosa yang dilakukan dan tidak ingin diulangi

5. Setelah selesai shalat perbanyak beristighfar dan memohon ampun kepada Allah ta’ala.

6. Tidak ada bacaan istoghfar khusus untuk sholat taubat. Bacaan istigfarnya bisa dengan kalimat istighfar yang biasa kita baca, misalnya: Astagfirullaahal adziim atau Astaghfirullah wa atuubu ilaiih, dan sebagainya.

7. Inti dari melaksanakan shalat taubat ialah memohon ampunan kepada Allah atas perbuatan dosa yang diperbuat. Serta bertekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi.


Taubat Nasuha


Orang yang ingin bertaubat hendaklah dia melakukan Taubatan Nasuha. Kemudian apa itu Taubat Nasuha?

Manusia yang diciptakan oleh Allah dengan hawa nafsu memang tempatnya berbuat dosa karena kehilangan kendali akan dirinya sendiri.

Walaupun manusia memiliki dosa atau kemaksiatan yang menumpuk bukan berarti tak bisa memperbaiki dirinya kembali.

Allah adalah Maha Pengampun dan selalu membuka pintu rahmat bagi para hambaNya.

Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat dari perbuatan-perbuatan dosa yang telah dilakukannya.

Pertaubatan yang dilakukannya haruslah total dan sungguh-sungguh, inilah yang dinamakan Taubatan Nasuha. Berikut hadits Nabi tentang taubat:

عَلِيُّ بْنُ مَسْعَدَةَ الْبَاهِلِيُّ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Ali bin Mas’adah Al Bahili telah menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Anas, ia berkata bahwasannya RAsulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak Adam (manusia) berbuat kesalahan dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” [HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani]

Bertaubat Memebersihkan Hati

Bertaubat akan membersihkan hati manusia dari ‘noda’ yang mengotorinya karena dosa merupakan noda hati dan membersihkannya adalah kewajiban kita.

Dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ { كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }

“Sesungguhnya seorang mukmin bila berbuat dosa, maka akan timbul satu titik noda hitam di hatinya. Jika ia bertaubat untuk meninggalkan (perbuatan tersebut) dan memohon ampun (kepada Allah), maka hatinya kembali bersih. Apabila ia menambah (perbuatan dosa), maka bertambahlah noda hitam tersebut sampai memenuhi hatinya. Itulah ar raan (penutup hati) yang telah disebutkan Allah dalam firman-Nya: Sekali-sekali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hatia mereka {Al Muthaffifin: 14}

Taubatan Nasuha sendiri merupakan perbuatan kembalinya seorang hamba kepada Allah dari dosa yang pernah dilakukannya, baik disengaja maupun tidak dengan jujur, ikhlas, tekad kuat, dan dibarengi dengan ketaatan-ketaatan sehingga membuatnya kembali menjadi orang bertaqwa dan terlindung dari godaan setan.


Syarat Taubat Nasuha


1. Islam, karena taubat yang diterima oleh Allah hanyalah taubatnya seorang Muslim.

2. Ikhlas, melakukan taubat agar benar-benar diampuni oleh Allah haruslah didasari keikhlasan karena taubat dengan tujuan riya’ atau hal duniawi tidak bisa dikatakan sebagai taubat syar’i.

3. Mengakui dosa yang telah ia perbuat karena taubat tidak sah kecuali ia mengetahui dosa yang diperbuat dan mengakuinya. Serta berharap keselamatan akibat dari perbuatannya tersebut.

4. Menyesal, taubat hanya diterima apabila seseorang itu menunjukkan rasa penyesalnnya yang mendalam.

5. Meninggalkan kemaksiatan dan mengembalikan hak-hak orang-orang yang terdzalimi akibat perbuatannya.

6. Masa bertaubat dapat diterima Allah adalah sebelum sakaratul maut atau sebelum nafas berada di kerongkongan dan sebelum matahari terbit dari Barat.

7. Istiqamah di jalan Allah setelah bertaubat.

8. Memperbaiki diri setelah bertaubat.


Hukum Anjuran Bertaubat


Hukum dari taubat nasuha adalah fardhu ‘ain atas setiap Muslim seperti yang telah disebutkan dalam Al Quran dan hadits. Dalilnya adalah:

1. Firman Allah ta’ala:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Katakanlah kepada waniita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, danjanganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak padanya. Hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan pehiasannya kecuali kepada suami mereka, putra-putra mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara laki-laki mereka atau putra saudara laki-laki mereka atau putra saudara perempuan mereka, atau muslimah, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang bellum mengerti aurat wanita. Dan janganlah memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan dan bertaubatkah kepada Allah wahai orangorang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [An Nuur: 31]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia sedang cahaya mereka memancar di muka dan sebelah kanan mereka. Sambil mereka berkata, “Ya Tuhan Kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [At Tahrim: 8]

2. Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ

“Wahai kaum mukminin, Bertaubatlah kepada Allah karena aku juga bertaubat kepada Allah sehari seratus kali.” Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu’adz dari bapakku. Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Mutsana dari Abu Daud dan Abdurrahman bin Mahdi semua dari Syu’bah. [HR Muslim]


Hal Yang Menghalangi Diterimanya Sholat Taubat


1. Bid’ah dalam Agama

2. Kecanduan minuman keras

Sebuah hadits riwayat Tirmidzi menjelaskan tentang hal ini yang artinya:

Abdullah bin Umar berkata bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “SIapa yang meminum khamr, maka Allah tidak akan menerima sholatnya selama empat puluh hari. Jika ia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. (begitu seterusnya hingga ia melakukannya hingga tiga kali)

Bila ia melakukan untuk keempat kalinya maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari dan jika ia bertaubat Allah tidak menerima taubatnya. Ia akan diberi minum dari sungai Khabal.” Seseorang menanyakan kepada Abdullah bin Umar mengenai apa itu sungai Khabal. Ia menjawab: “yaitu sungai nanah dari penghuni neraka.”


Nah itu dia penjelasan mengenai sholat taubat. Setiap Muslim memang dianjurkan untuk bertaubat setelah ia melakukan perbuatan dosa karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Meskipun Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang bukan berarti kita bisa seenaknya melakukan perbuatan dosa kemudian bertaubat karena tidak akan diterima taubat kita.

Taubat yang kita lakukan haruslah taubatan nasuha yang memenuhi persyaratan yang telah disyariatkan.

Kita juga harus ingat dan meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat, jadi jangan sampai mengulang dosa kembali.

Selalu ingat keagungan Allah dan ingat bahwa dosa itu semuanya buruk dan berujung pada neraka. Tinggalkan tempat-tempat maksiat dan juga lingkongan yang toxic.

Dengan melakukan itu semua barulah taubat kita akan bisa diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga penjelasan diatas bermanfaat dan Rahmat Allah selalu tercurah untuk kita semua.

Categories
Agama Islam

Sholat Jamak dan Qashar (Hukum dan Tata Caranya)

Sholat jamak dan qashar merupakan sebutan cara sholat yang dipergunakan untuk menggabungkan dua waktu shalat fardhu.

Banyak orang yang menganggap bahwa jamak identik dengan qashar padahal keduanya merupakan dua hal yang berbeda.

Perlu kita bedakan antara jama dengan qashar dengan mengetahui pengertian masing-masing.


Sholat Jamak dan Qashar


Hukum qashar biasanya berkaitan dengan safar atau melakukan perjalanan jauh atau dengan kata lain qashar itu identik dengan safar.

Artinya ketika seseorang melakukan perjalanan, maka disyariatkan untuk mengqashar sholatnya.

Para ulama memiliki pendapat yang berbeda tentang hal terkait qashar ketika safar.

Ada yang mengatakan hukumnya wajib, ada yang mengatakan hukumnya adalah sunnah muakkad, dan adapula yang berpendapat bahwa hukum qasar ketika safar adalah mubah.

Intinya semua sepakat bahwa orang yang sedang dalam perjalanan atau musafir diperbolehkan untuk mengqashar shalatnya.

Kedua adalah hukum jamak, hukum asal pelaksanaan sholat terutama shalat fardhu adalah dikerjakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Namun, bila ada alasan tertentu sehingga seseorang harus menjamak sholatnya, maka hal itu diperbolehkan.

Batasannya, yaitu selama ada sebab yang mengakibatkan seseorang kesulitan untuk melaksanakan shalat sesuai waktunya maka ia diperbolehkan untuk menjamak sholatnya.

Diantara penyebab diperbolehkan menjamak shalat adalah safar (dalam perjalanan). Dengan begitu seorang musafir diperbolehkan untuk melaksanakan sholat dengan cara jamak-qashar.

Jamak Sholat

Aturan jamak antara lain:

1. Dilakukan pada ‘pasangan’ waktu sholat dzuhur-ashar atau magrib-isya’.

2. Khusus diperuntukan bagi mereka yang hendak safar. Perlu diperhatikan:

Jika berangkat safar sebelum sholat yang pertama (waktu Dzuhur atau Maghrib), maka sebaiknya menjamak sholat di akhir waktu atau jamak takhir.

Jadi, misalnya saja berangkat sebelum dzuhur maka sholat dzuhur dan ashar dijamak di waktu ashar.

Contoh lainnya berangkat sebelum magrib, maka sholat magrib dan isya’nya di jamak di waktu isya’.

Apabila berangkatnya sesudah shalat pertama maka sebaiknya menjamak shalat di waktu awal.

Misalnya saja berangkatnya setelah dzuhur, maka sholat asharnya dijamak diwaktu dzuhur atau berangkat setelah maghrib maka shalat isya’nya dijamak di waktu maghrib.

Qashar Sholat bagi Musafir

Qoshor berlaku bagi sholat-sholat empat rakaat, seperti Dzuhur, Ashar, dan Isya’.

Tidak ada qashar bagi sholat Mahgrib dan Subuh dan tidak ada sebab untuk melakukan qashar kecuali perjalanan jauh.

Bagi musafir hal ini merupakan rukhsah yang ditetapkan sebagai rahmat agar mempermudahnya dalam perjalanan.


Hadits Sholat Jamak dan Qashar


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ خَلَّادٍ الْبَاهِلِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ عَنْ عِيسَى بْنِ حَفْصِ بْنِ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ كُنَّا مَعَ ابْنِ عُمَرَ فِي سَفَرٍ فَصَلَّى بِنَا ثُمَّ انْصَرَفْنَا مَعَهُ وَانْصَرَفَ قَالَ فَالْتَفَتَ فَرَأَى أُنَاسًا يُصَلُّونَ فَقَالَ مَا يَصْنَعُ هَؤُلَاءِ قُلْتُ يُسَبِّحُونَ قَالَ لَوْ كُنْتُ مُسَبِّحًا لَأَتْمَمْتُ صَلَاتِي يَا ابْنَ أَخِي إِنِّي صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ فِي السَّفَرِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ ثُمَّ صَحِبْتُ أَبَا بَكْرٍ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَحِبْتُ عُمَرَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَحِبْتُ عُثْمَانَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُمْ اللَّهُ وَاللَّهُ يَقُولُ { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh dari Abu Bakar bin Khallad Al Bahili dari Abu Amir dari Isa bin Hafsah bin Ashim bin Umar bin Khattab berkata: “Kami bersama Ibnu Umar dalam sebuah perjalanan lalu ia sholat bersama kami. Kemudian kami beranjak pergi bersamanya.” Ia berkata lagi, “Ibnu Umar menoleh dan melihat beberapa orang melakukan shalat, lalu ia bertanya: “Apa yang dilakukan oleh orang-orang itu?” Aku menjawab, “Mereka melaksanakan sholat sunnah.”

Abdullah bin Umar ra berkata, Bahwasannya ketika ia meyertai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika dalam perjalanan beliau tidak melebihkan shalat lebih dari dua rakaat ketika safar, begitu pula yang dilakukan oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman hingga Allah mewafatkan mereka. Demi Allah ia mengatakan, “Sungguh pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada teladan yang baik.” [HR Ibnu Majah]

Jadi suatu ketika Abdullah bin Umar pernah ikut dalam perjalanan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dia juga pernah menyertai Abu Bakar, Umar, dan Utsman dalam perjalanan mereka.

Masing-masing diantara mereka selalu mengqashar sholat yang berjumlah empat rakaat menjadi dua rakaat dan tidak lebih dari itu.


Pendapat Ulama tentang Sholat Jamak Qashar


Para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai qashar. Apakah hal itu wajib dilakukan ataukah sebuah rukhsah yang disunnahkan pelaksanaannya.

Tiga Imam besar, yaitu Imam Malik, Syafi’i, dan Ahmad membolehkan penyempurnaan sholat, tapi lebih baik adalah mengqasharnya.

Sedangkan Abu Hanifah yang juga didukung oleh Ibnu Hazm mewajibkan qashar dalam perjalanan. Dia berkata,”Fardhunya musafir adalah sholat dua rakaat.” Dalil yang mendasari wajib mengqashar bagi musafir ialah tindakan Rasulullah shollallahu alaihi wa salam yang senantiasa mengqashar shalatnya ketika dalam perjalanan.

Hal ini juga bisa ditanggapi bahwasannya apa yang dilakukan Rasulullah tidak menunjukkan sebuah kewajiban karena beliau tidak memerintahkannya secara langsung. Itulah yang menjadi kesimpulan jumhur.

Adapula yang berhujjah dengan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha dimana sholat diwajibkan dua rakaat lalu ditetapkan shalat dalam perjalanan, dan sholat orang yang menetap disempurnakan.

Hujjah tersebut juga ditanggapi dengan beberapa jawaban. Yang paling utama ialah tidak dimarfu’kannya perkataan Aisyah kepada Nabi Shallalahu alaihi wasalam. Sementara Aisyah juga tidak mengikuti masa difardhukannya sholat.

Adapun dalil-dalil tentang tidak diwajibkannya qashar ialah:

وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُبِينًا

Dan apabila kamu berpergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kalian mengqashar sholat kalian jika takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. [QS. An Nisa: 101]

Menurut mayoritas ulama qashar lebih baik bagi mereka yang dalam perjalanan. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Kesimpulan Tentang Qashar

1. Mengqashar shalat dalam perjalanan dari empat rakaat menjadi dua rakaat.

2. Qoshor merupakan sunnah Rasulullah yang juga diikuti oleh para Khulafaur Rasyidin ketika melakukan perjalanan.

3. Sifat melakukan qashar dalam perjalanan haji, jihad, maupun segala perjalanan untuk ketaatan kepada Allah ta’ala adalah umum. Begitupun para ulama yang juga memasukkan perjalanan mubah. Jumhur berpendapat bahwa dalam semua perjalanan yang mubah diperbolehkan mengqashar sholat.

4. Bentuk kasih sayang Allah terhadap mahlukNya dan keluwesan syari’at ini yang memberikan kemudahan makhlukNya untuk beribadah. Berhubung perjaalanan lebih sering mendatangkan kesulitan, maka dibuat keringanan dalam hal shalat.

5. Segala macam perjalanan yang mubah diperboleh untuk mengqashar.

Syarat Mengqashar Sholat

1. Batasan jarak untuk mengqashar tidak ada yang pasti karena tidak ada perkataan Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang jarak safar.

2. Tempat diperbolehkannya menqshar sholat mayoritas ulama berpendapat ketika kita telah meninggalkan tempat mukim dan keluar daerah tempat tinggal kita. Seorang musafir yang tinggal disuatu daerah untuk menunaikan sesuatu, tapi tidak berniat mukim diperbolehkan mengqashar selama ia berada di daerah tersebut.

Sebab-sebab Menjama’ Dua Shalat

1. Safar atau dalam perjalanan

2. Ketika hujan. Hal ini sesuai dengan beberapa hadits mengenai shalat Nabi dan para sahabatnya yang dijamak kala tidak dalam keadaan takut maupun hujan. Itu berarti saat merasa takut dan hujan diperbolehkan untuk menjama’

3. Saat dalam keadaan mendesak, misalnya saja sakit atau uzur lainnya.

Demikian penjelasan kami mengenai Sholat Jamak dan Qashar (Hukum dan Tata Caranya). Semoga bermanfaat.