Categories
Seni Budaya

Pakaian Adat Riau Lengkap Gambar dan Maknanya

Pakaian adat Riau dikenal sebagai pakaian adat Melayu Riau, hal ini dikarenakan masyarakat Riau memang kebanyakan adalah orang suku Melayu. Ada beberapa macam dari pakaian adat Melayu yang ada di Riau tergantung daerah asalahnya.


Pakaian Adat Riau


Pakaian adat Melayu Riau yang menjadi baju tradisional masyarakat Riau berbeda-beda tergantung daerahnya. Ada baju adat Melayu Siak, baju adat Melayu Indragiri, Baju adat Melayu Bengkalis, maupun baju adat Melayu Kampar. Meski berbeda, secara garis besar bentuk pakaiannya hampir sama satu dengan yang lain.

Baju adat Melayu Riau ini memiliki berbagai macam jenis, seperti baju kurung laboh, baju cekak musang, baju teluk belanga, baju kurung tulang belut, dan baju kebaya pendek. Fungsi dan pemakaian masing-masing baju tersebut berbeda-beda.

Pakaian Pria Riau

Terdapat dua jenis pakaian sehari-hari yang dikenakan oleh pria Melayu. Pertama adalah baju teluk belanga. Dan kedua adalah cekak musang. Teluk belanga merupakan pakaian longgar tanpa kerah. Baju ini hanya memiliki satu kancing atau butang baju.

pakaian adat riau
image source: twitter.com

Berbeda dengan teluk belanga, kalau untuk baju cekak musang kerahnya tinggi. Biasanya ada lima butang baju atau kancing pada pakaian jenis ini. Dua buah pada kerah tegak, sedangkan tiga lainnya pada bagian dada baju cekak musang.

Sebagai bawahan para pria memakai celana yang ditutupi dengan kain sarung. Sarung yang dililitkan di pinggang tersebut dinamakan kain sampin. Panjang kain sampin disesuaikan dengan usia serta kedudukan si pemakai.

Bagi pemuda yang belum menikah, panjang kain sarungnya berada diatas lutut. Sementara untuk lelaki yang sudah menikah panjang sarungnya persis sebatas lutut. Pria yang berkedudukan tinggi dan terpandang, panjang kain sampinnya adalah satu telempap (telapak tangan) di bawah lutut. Sedangkan untuk pemuka agama, panjang kainnya adalah dua telempap atau sejengkal di bawah lutut.

Pada bagian kepala mereka, para pria memakai tanjak. Tanjak ini juga terdapat berbagai macam, sebut saja tanjak elang melayang, tanjak ikat laksmana, dan tanjak menyongsong angin. Warna dan cara mengenakan tanjak juga amat bervariasi.

pakaian adat riau
image source: riau1.com

Busana Wanita Riau

Para wanita Melayu Riau untuk sehari-hari mengenakan baju kurung dengan sarung atau kain sebagai bawahannya. Cara memasang kainnya pun berbeda-beda, tergantung status perkawinan si wanita. Untuk mereka yang masih gadis atau belum menikah, muka kain ditempatkan pada bagian depan.

Bagi perempuan yang sudah menikah dan masih memiliki suami, maka muka kain diletakkan di bagian belakang. Bagi para perempuan yang menjadi istri patut-patut atau orang yang terkemuka, bagian muka kain diletakkan sebelah kanan. Sedangkan perempuan yang telah menjanda, muka kainnya diletakkan di sebelah kiri.

Busana Pengantin

femmylollyasriwijaya.blogspot.com

Pengantin laki-laki Riau memakai celana dan baju berlengan panjang dengan bagian leher cekak musang. Mereka juga memakai mahkota yang disebut dengan desto serta hiasan bunga di bagian belakangnya dan disebut tajuk mayang mengurai. Tak lupa mreka juga menggunakan kalung bersusun tiga serta kain tanjak sebatas lutut yang umumnya bermotif banji siku kaluang.

Pengantin wanitanya berkain songket merah dengan kebaya panjang atau kebaya labuh yang juga terbuat dari songket merah. Diatas kepala mereka juga mengenakan penutup dari kain beledu hitam yang bertabur manik serta kembang goyang dan sunting. Ada tiga buah kalung bunga matahari dan kalung lintin naga yang mereka pakai. Semua terbuat dari emas, begitu juga dengan gelang tangannya.

Kain tenun atau songket dari daerah Riau yang terkenal adalah tenun Siak dengan motif siku keluang. Tenun Siak yang asli menggunakan kain berbahan sutra dan benang berwarna emas. Warna merahnya berasal dari buah kesumba.

Seiring berkembangnya zaman, pembuatan kain Siak juga mengalami banyak perbahan. Sutra yang awalnya merupakan bahan dasar kain, kini tergantikan dengan bahan katun dan benang emas. Warna dasarnya adalah warna nila dengan hiasan berupa motif bunga panah.

 

 

 

 

Baca juga : Pakaian adat jawa barat

 

Keyword: Pakaian Adat Riau Lengkap

Originally posted 2020-08-07 08:21:23.

Categories
Ilmu Sosial

Profil Provinsi Kepulauan Riau | Sejarah, Batas Wilayah dan Potensi Daerahnya

Profil Provinsi Kepulauan Riau – Provinsi Kepulauan Riau adalah merupakan provinsi ke 32 di Indonesia sesuai yang tertera pada undang-undang nomor 25 tahun 2002.

Provinsi ini terdiri dari lima kabupaten dan dua kota diantaranya yaitu Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Tanjungpinang, dan Kota Batam.

Provinsi Kepulauan Riau memiliki 274 desa/kelurahan yang tersebar di 47 kecamatan dengan jumlah pulau sebanyak 2.408 pulau yang terdiri dari pulau besar maupun pulau kecil.

Dari seluruh pulau tersebut 30% masih belum mempunyai nama dan belum berpenduduk.


Batas Wilayah Provinsi Kepulauan Riau


Luas keseluruhan dari Provinsi Kepulauan Riau adalah 252.601 Km2 dimana wilayah daratnya hanya sekitar 4% dan sisanya adalah lautan.

Batas wilayah Kepulauan Riau pada bagian utara berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, pada bagian selatan berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi, sementara pada bagian timur berbatasan dengan Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan pada bagian barat berbatasan dengan Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau.


Sejarah Provinsi Kepulauan Riau


Nama Riau diduga berasal dari kata “riuh” yang artinya ramai karena dahulu kepulauan Riau adalah pusat perdagangan yang sangat ramai. Pada era Kolonial, nama Riau ini diubah menjadi Riouw.

Setelah Indonesia merdeka, wilayah Kepulauan Riau disatukan dengan wilayah kesultanan Siak. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari gerakan Ganyang Malaysia yang saat itu diusut oleh presiden Soekarno. Sehingga bisa mempermudah hubungan wilayah dari kepulauan ke daratan sumatera.

Seiring berjalannya waktu, wilayah gabungan dari kepulauan Riau dan Kesultanan Siak berganti nama menjadi provinsi Riau.

Dan akhirnya pada tahun 2002 Kepulauan Riau memekarkan diri dan menjadi provinsi Kepulauan Riau yang merupakan provinsi ke 32 di Indonesia.

Hingga saat ini sejarah nama Riau masih menjadi polemik diantara budayawan Riau maupun Kepulauan Riau. Keduanya saling mengklaim sejarah nama Riau dengan versi yang berbeda dari masing-masing provinsi tersebut.


Potensi Daerah Provinsi Kepulauan Riau


Pada masa mendatang diprediksi bahwa Provinsi Kepulauan Riau akan menjadi salah satu pusat perkembangan ekonomi Indonesia.

Hal ini dilihat dari letak geografisnya yang begitu strategis yaitu berada di antara laut Cina Selatan dan Selat Malaka serta memiliki kondisi alam yang sangat potensial.

Berikut adalah potensi yang dimiliki oleh Kepulauan Riau yang terbagi dalam beberapa sektor antara lain:

1. Industri

Kepulauan Riau terdapat berbagai macam industri manufaktur mulai dari skala kecil hingga skala besar dengan didominasi oleh industri elektronik yang meliputi komponen komputer, PBC, alat-alat audio dan video, serta otomotif.

Sementara pada industri barang-barang ringan yaitu garmen, peralatan rumah tangga, dan mainan anak-anak.

Sedangkan untuk industri berat banyak terdapat di daerah Bintan, Batam dan Karimun yang diantaranya terdiri dari industri penguliran pipa, peralatan eksplorasi minyak, fabrikasi baja, pra-fabrikasi minyak, dan alat berat.

2. Kelautan

Dengan memiliki wilayah yang didominasi oleh wilayah lautan, tentu saja membuat Kepulauan Riau sangat memiliki potensi besar dalam mengembangkan perekonomiannya melalui sektor kelautan.

Hal ini terbukti dengan banyaknya terdapat usaha budidaya perikanan mulai dari pembenihan hingga penangkapan.

Potensi ekonomi pada sektor perikanan yang paling besar terdapat pada daerah Batam, Bintan, Lingga dan Natuna.

Keempat wilayah tersebut memiliki produktifitas yang lumayan besar setiap tahunnya pada perikanan tangkap serta memiliki budidaya perikanan air laut maupun air tawar.

Bahkan di kota Batam sendiri terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang setiap tahunnya mampu menghasilkan jutaan benih. Pusat pembenihan ini tepatnya terletak di Pulau Setoko, Batam.

Selain di keempat daerah tersebut, di Kabupaten Karimun terdapat pula budidaya ikan kakap, budidaya rumput laut, serta kerambah jaring apung yang juga tidak kalah potensialnya.

3. Peternakan

Pada sektor peternakan di Kepulauan Riau masih difokuskan pada peternakan itik, ayam, sapi, dan kambing. Dan umumnya masih didominasi oleh peternakan-peternakan kecil.

4. Pertanian

Meskipun hanya memiliki 4% wilayah darat dari total luas keseluruhan wilayah, namun bukan berarti Kepulauan Riau tidak memiliki potensi pada sektor pertanian.

Pada provinsi ini terdapat banyak lahan pertanian yang cukup strategis dan potensial untuk pengembangan berbagai macam produk pertanian seperti palawija, holtikultura, kelapa, kopi, gambir, nenas, cengkeh, kelapa sawit, dan sayur-sayuran. Lahan pertanian strategis ini tersebar hampir diseluruh wilayah Kepulauan Riau.

5. Pariwisata

Pada sektor pariwisata, Kepulauan Riau bisa dibilang paling potensial di Indonesia, mengingat daerah ini adalah merupakan gerbang wisata mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Ini karena provinsi ini sering dikunjungi jutaan wisatawan asing setiap tahunnya.

Objek wisata di Kepulauan Riau tentu saja didominasi oleh wisata pantai yang tersebar di beberapa wilayah seperti pantai Melur dan pantai Nongsa yang terletak di kota Batam.

Di Kabupaten Bintan terdapat pantai Lagoi, pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan Bintan Leisure Park. Sementara di Kabupaten Natuna terdapat wisata bahari seperti snorkeling yang cukup terkenal.

Selain itu, pada Kepulauan Riau juga terdapat objek wisata lainnya antara lain cagar budaya, tarian tradisional, event khas daerah, serta makam bersejarah seperti makam Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji yang merupakan pahlawan nasional.

Dengan objek wisata yang cukup banyak dan digemari oleh para wisatawan, juga didukung oleh tersedianya fasilitas-fasilitas yang memadai untuk menginap seperti hotel. Dari semua daerah di Kepulauan Riau, Kota Batam yang memiliki jumlah hotel paling banyak.

6. Pertambangan

Pada sektor pertambangan di Kepulauan Riau juga cukup potensial. Sektor pertambangan ini meliputi minyak bumi, gas alam, pasir laut, serta timah.

Keyword: Profil Provinsi Kepulauan Riau

Originally posted 2020-08-04 02:12:38.

Categories
Ilmu Sosial

Profil Provinsi Riau | Lambang, Sumber Daya, Perekonomian, dan Demografinya

Profil Provinsi Riau – Riau merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatera dengan ibu kotanya Pekanbaru.

Riau berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan (Timur), Sumatera Barat dan Sumatera Utara (Barat), Jambi dan Selat Berhala (Selatan) serta Kepulauan Riau dan Selat Malaka (Utara).

Riau memiliki luas wilayah 111.228,65 km persegi dimana luas tersebut sudah termasuk Kepuluan Riau dan juga lautnya.

Provinsi Riau memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau.


Lambang Provinsi Riau


Provinsi Riau memiliki lambang perisai dimana di tepinya terdapat mata rantai berjumlah 45.

Di dalam perisai tersebut terdapat lukisan, padi, kapas, gelombang laut berjumlah 5, perahu lancang kuning dan juga keris berhulu kepala serindit dengan arti sebagai berikut :

  • Mata rantai 45 : tahun kemerdekaan negara Indonesia
  • Padi dan kapas : simbol kesejahteraan rakyat
  • Gelombang laut 5 : simbol Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
  • Perahu lancang : semangat rakyat Riau dalam mencari hasil laut yang melimpah
  • Keris : kepahlawanan rakyat Riau berdasarkan kebijaksanaan dan kebenaran

Sumber Daya Alam Provinsi Riau


Kekayaan alam yang di miliki Provinsi Riau sangat banyak seperti hutan, perkebunan, minyak dan gas bumi, kekayaan sungai dan juga laut.

Sumber daya alam tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah dengan sistem bagi hasil dengan lingkungan sekitar.


Perekonomian Provinsi Riau


Perekonomian Provinsi terdiri dari beberapa sektor antara lain :

Pertanian dan Perkebunan

Perkebunan yang paling berkembang di Provinsi Riau meliputi perkebunan sawit, karet, kelapa dan jeruk. Perkebunan tersebut ada yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh rakyat.

Luas perkebunan sawitnya mencapai 1,34 juta hektar serta memiliki 116 pabrik pengolahan kelapa sawit yang mana mampu memproduksi Coconut Palm Oil sebanyak 3.386.800 ton per tahun.

Hutan dan Ikan

Sumber daya alam hutan Provinsi Riau termasuk ekosistemnya dimanfaatkan dengan tujuan sebagai pelindung, pelestarian keanekaragamannya serta sumber daya pembangunan.

Pertambangan

Hasil tambang yang melimpah di Provinsi Riau yaitu minyak dan gas bumi serta batubara.

Perindustrian

Kekayaan alam yang melimpah menjadikan Riau sebagai pusat industri yang mengolah beberapa hasil alam seperti Kelapa Sawit, Karet, Kayu, Plastik dan Kopra.

Selain beberapa sektor diatas, Riau juga menjadi satu – satunya provinsi yang memiliki transportasi udara yaitu PT. Riau Airline. Hal ini bertujuan untuk membantu dan menjangkau daerah – daerah yang sulit untuk diakses.


Kesenian dan Kebudayaan Provinsi Riau


Riau juga memiliki kekayaan budaya dan seni yang beragam, seperti :

  • Tarian : Tarian Serampang Dua Belas, Gamelan, Lancang Kuning, Makan Sirih, Pembubung, Zapin dan Joged Lambak.
  • Musik : Musik Kompang Bengkalis, Calempong Kampar, Berdah Rengat, Gong Tanah Sibunguik dan Gambus Melayu.

Demografi Provinsi Riau


Melengkapi kekayaan budayanya, Riau juga memiliki beragam suku, bahasa dan agama antara lain sebagai berikut :

  • Suku : Melayu, Bugis, Batak, Minangkabau, Banjar, Tionghoa, Sunda dan Jawa.
  • Bahasa : Indonesia, Minang dan Melayu.
  • Agama : Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindhu dan Konghucu.

Pendidikan di Provinsi Riau


Lembaga Universitas Riau, Universitas Islam Riau, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Universitas Lancang Kuning, Universitas Muhammadiyah Riau juga memiliki Politeknik Caltex Riau, lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya.


Pemerintahan Provinsi Riau


Provinsi Riau menjadi provinsi terkaya di Indonesia berkat kekayaan alamnya. Selain itu Riau juga memiliki 12 kabupaten yaitu Bengkalis, Tembilahan, Rengat, Bangkinang, Teluk Kuantan, Pangkalan Kerinci, Bagansiapiapi, Pasir Pengaraian, Siak Sri Indrapura, Selat Panjang dan Pekanbaru.

Namun dari ke 12 kota tersebut terdapat beberapa kota besar yang terkenal berkat kekayaan alam dan juga dari segi perekonomiannya seperti Pekanbaru.

Ibu kota dari Provinsi Riau ini termasuk kota yang memiliki tingkat migrasi tertinggi.

Selain itu, menjadi juga menjadi kota dagan multi etnik yang berkembang pesat yang akhirnya justru bisa dimanfaatkan sebagai modal sosial untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Pekanbaru juga memiliki bandara internasional yaitu Bandara Sultan Syarif Kaim II juga memiliki 2 pelabuhan yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku.

Kota kedua adalah Dumai. Berada sekitar 188 km dari Pekanbaru. Sektor yang berkembang di kota ini meliputi industri, perdagangan, peternakan, pertanian yang dikembangkan sebagai agrobisnis.

Ada juga budidaya tambak meliput ikan mas, gurami, patin dan hias. Untuk kelautan, Dumai memiliki komoditas unggulan ekspor seperti kakap putih, kepiting rajungan, bawal serta pemulihan hutan mangrove.

Kota ketiga yaitu Selat Panjang. Ibukota Kepulauan Meranti dan ibu kota kecamatanTebing Tinggi ini merupakan kota transit untuk trasnportasi laut dari Pekanbaru ke Batam.

Dibuka juga jalur khusus menuju Batu Pahat, Malaysia dengan jarak tempuh sekitar 1,5 – 2 jam perjalanan.

Kota Selat Panjang populer dengan sebutan Kota Sagu karena menjadi daerah terbesar penghasil sagu di Indonesia. Selain itu juga menjadi pusat budidaya sarang burung Walet yang diekspor ke Singapura dan China.

Kota keempat adalah Bagansiapiapi. Merupakan kota yng mendapat peringkat kota terbersih ke 2 di Riau. Terletak di Sungai Hokan yang mana menjadi lokasi strategis lalu lintas perdagangan internasional karena berdekatan dengan Selat Malaka.

Kota kelima yaitu Bengkalis. Berada di lokasi yang strategis karena dilewati oleh jalur perkapalan internasional menuju Selat Malaka.

Bengkalis juga merupakan penghasil minyak bumi dan gas terbesar di Riau dan di Indonesia yang mana menjadi sumber tersesar APBD nya. PT. Caltex Pacific Indonesia menjadi perusahaan yang menekplorasi minyak tersebut.

Cerita Rakyat Riau: Si Lancang

Pada zaman dahulu kala di daerah Kampar ada seorang ibu yang tinggal di sebuah gubuk tua bersama seorang anaknya yang bernama Si Lancang. Hidup mereka sangatlah miskin karena hanya bekerja sebagai buruh tani pada seorang petani kaya.

Oleh karena terus-menerus menderita kesusahan, akhirnya Si Lancang mempunyai niat untuk merantau. Ia pun kemudian meminta izin kepada ibu dan guru mengajinya. Ibunya pun memberikan izin, dengan catatan Si Lancang harus selalu ingat kepada dirinya dan kampung halamannya.

Dengan bersungguh-sungguh Si Lancang berjanji kepada ibunya. Ia lalu menyembah lutut sang ibu untuk meminta berkah sekaligus berpamitan.

Dan, sambil terharu sang ibu mendoakan dan membekalinya dengan sebungkus lumping dodak, kue kegemaran Si Lancang.

Singkat cerita, setelah bertahun-tahun merantau, ternyata Si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya yang memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang.

Konon, hal ini terjadi karena Si Lancang berhasil mengawini tujuh orang gadis yang seluruhnya berasal dari keluarga-keluarga saudagar kaya.

Suatu hari Si Lancang berlayar ke Andalas untuk memperluas daerah pemasaran barang agangannya. Dalam pelayaran itu ia membawa ketujuh isterinya beserta barang-barang perbekalan yang mewah dan alat-alat musik sebagai hiburan di tengah lautan.

Saat mereka merapat di palabuhan Kampar, alat-alat musik itu mulai dibunyikan dengan riuh rendah. Selanjutnya kain sutera dan aneka hiasan dari emas dan perak digelar untuk menambah kesan kemewahan dan kekayaan Si Lancang.

Berita kedatangan saudagar kaya yang bernama Si Lancang itu dengan cepat menyebar ke seantero Kampar. Sang ibu yang juga mendengar kedatangan anaknya, dengan perasaan terharu bergegas menyambutnya.

Dengan pakaian seadanya berupa kain selendang tua, sarung usang dan kebaya penuh tambalan ia pun pergi ke pelabuhan.

Namun, ketika akan menamui anak kesayangannya, para pengawal Si Lancang segera menghadang dan bermaksud hendak mengusirnya.

Perempuan itu tetap tidak mau beranjak. Ia bersikeras untuk dipertemukan dengan Si Lancang. Situasi itu akhirnya menimbulkan keributan.

Mendengar ada keributan yang terjadi antara para pengawalnya dengan penduduk lokal, Si Lancang yang diiringi oleh ketujuh isterinya segera mendatanginya.

Dan, betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa yang sedang bertengkar dengan para pengawalnya itu tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri.

Namun, karena ibunya berpenampilan lusuh layaknya seorang pengemis, maka Si Lancang pun segera mengusirnya. Ia malu apabila hal ini sampai diketahui oleh para isteri dan pengawalnya.

Sementara itu, si ibu yang diusir oleh anak kandungnya sendiri menjadi marah. Ia kemudian berkata, “Engkau Lancang … anakku! Tidak tahukan engkau, betapa aku sangat merindukanmu. Sekarang engkau mencampakkan aku begitu saja. Sungguh durhaka engkau padaku!”

“Mana mungkin aku mempunyai ibu sepertimu. Engkau hanyalah seorang miskin yang mengaku menjadi ibuku ,” jawab Si Lancang Dengan ketus.

“Sana pergi! Aku tidak mau melihat mukamu lagi di sini!” lanjut Si Lancang, “Pengawal, segera usir perempuan gila ini!”

Ibu yang malang itu pun akhirnya pulang dengan perasaan yang hancur. Sesampai di rumah, ia lalu mengambil pusaka yang dahulu diberikan oleh suaminya.

Pusaka itu berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Sambil memutar lesung dan mengipas nyiru ia berdoa kepada Tuhan, “Ya Tuhanku….hukumlah Si Lancang yang telah durhaka kepadaku.”

Setelah berkata demikian, beberapa menit kemudian turunlah badai topan yang sangat dahsyat. Badai yang datang dari arah lautan itu bergerak sangat cepat dan dalam sekejap saja telah menghancurkan kapal-kapal yang sedang berlabuh, tidak terkecuali kapal dagang Si Lancang yang megah.

Kapal tersebut hancur berkeping-kepung. Isi kapal beterbangan ke segala arah. Kain suteranya terbang dan jatuh di sekitar Kampar Kiri yang akhirnya menjadi negeri Lipat Kait.

Gongnya terlempar ke daerah Kampar Kanan dan menjadi Sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah.

Sedangkan tiang benderanya terlempar hingga sampai di sebuah danau yang sekarang diberi nama Danau Si Lancang. Sementara itu, Si Lancang beserta isteri dan para pengawalnya juga terlempar ke berbagai arah di sekitar Kampar.

Keyword: Profil Provinsi Riau

Originally posted 2020-08-04 02:10:00.

Categories
Ilmu Sosial

2 Rumah Adat Kepulauan Riau Kental Bergaya Melayu

Rumah Adat Kepulauan Riau –Terdapat beberapa rumah adat di Provinsi Kepulauan Riau, dua diantaranya adalah Balai Jatoh Kembar dan rumah adat Belah Bubung. Rumah Belah Bubung dikenal juga dengan sebutan Rumah Rabung atau Rumah Bubung Melayu. Arsitektur yang digunakan memang kental dengan adat Melayu, seperti kebanyakan rumah tradisional di Pulau Sumatra.


Rumah Adat Kepulauan Riau


Kepri memang sangat kaya akan keragaman seni dan budayanya, misalnya saja keragaman bentuk rumah adat yang terdapat di kabupaten dan kota wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Sebut saja selaso jatuh kembar dan rumah belah bubung.

Keragaman tersebut terjadi karena letak geografis Provinsi ini yang terdiri dari pulau-pulau kecil. Mungkin dahulu orang-orang terkendalah dengan hal tersebut sehingga antara satu daerah dan daerah lainnya memiliki kemiripan budaya, termasuk juga rumah mereka.

Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau beribu kota di Kota Tanjung Pinang. Sebelum tahun 2004 provinsi ini termasuk dalam wilayah Provinsi Riau. Kepulauan Riau biasa disingkat Kepri merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang wilayahnya berbatasan dengan beberapa negara tetangga.

Sebelah utara berbatasan dengan negara Vietnam dan Kamboja. Timur berbatasan dengan Malaysia dan provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di sebelah Selatan, dan negara Singapura, Malaysia, serta Provinsi Riau di sebelah barat.

Luas Provinsi Kepulauan Riau adalah 8.201,72 km² dengan 96% wilayahnya merupakan lautan dan 4% daratan. Etnis yang ada di Provinsi ini, diantaranya Melayu, Jawa, Batak, Minangkabau, Tionghoa, Sunda, Bugis, Banjar, dan lainnya.

Presentase penduduk di Kepulauan Riau berdasarkan agamanya adalah Islam sebanyak 77,34%, Kristen 12,28%, Buddha 7,66%, Katolik 2,46%, Konghucu 0,19%, serta Hindu0,07%. Bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Provinsi Kepulauan Riau adalah bahasa Melayu.

Seni dan budaya di Kepri sangatlah beragam. Musik yang berkembang di masyarakat Kepulauan Riau adalah musik Melayu mencakup langgam dan senandung. Selain itu berbagai tarian pun banyak yang dipertontonkan disana, seperti tari Zapin, tari Makyong, tari Melemang, dan sebagainya.

Adapula seni teater Melayu yang berkembang di provinsi Kepulauan Riau. Sebut saja Teater Makyong di Kabupaten Bintan, teater Mendu di Kabupaten Ranai, Teater Lang-lang Buana di Kabupaten Natuna, serta Wayang Bangsawan di Daik Lingga, Dabo SIngkep, Pulau Penyengat.

Teater dari daerah lain yang berada di Provinsi Kepulauan Riau, antara lain Randai, Ketoprak, Wayang orang, Dul Muluk, dan Manora. Semua dikemangkan oleh masyarakat dari suku lain yang menempati Kepulauan Riau.

Kepri merupakan tujuan wisata mancanegara lain di Indonesia selain Pulau Bali. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung tidak kalah banyak dengan wisatawan di Bali. Objek wisata di Kepulauan Riau, antara lain wisata pantai, tempat atau makam bersejarah, dan cagar budaya. Salah satu cagar budaya yang menjadi daya tarik adalah rumah adat Kepulauan Riau yang masih tradisional.

Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar

Balai Selaso Jatuh Kembar yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau merupakan rumah tradisional berbentuk rumah panggung. Bentuk bangunannya persegi panjang dengan tiang-tiang penyangga di bawahnya.

Beberapa bentuk rumah ini hampir serupa baik dari tangganya, pintu, dinding, susunan ruangan, dengan ukiran-ukiran khas Melayu. Ada ukiran selembayung, lembah bergayut, pucuk rebung, dan lain sebagainya.

Umumnya rumah adat ini dibangun menghadap ke arah sungai. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat lebih sering menggunakan alat transportasi sungai. Apalagi daerah Kepulauan Riau memang sebagian besar di dominasi oleh perairan.

Terlihat jelas nuansa Melayu dari rumah adat selaso jatuh kembar. Baik itu tangga, pintu, dinding, maupun susunan ruangannya seperti kebanyakan rumah panggung melayu lainnya. Terdapat pula ukiran-ukiran melayu yang menghiasi rumah tradisional ini.

Hampir semua rumah balai jatoh kembar yang berada di Kepulauan Riau menghadap ke arah sungai. Disebut selaso jatuh karena selasar keliling lantainya lebih rendah daripada ruang tengah. Semua bangunan tradisional di Kepulauan Riau, baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama ukiran.

Detail Rumah

Diatas bagian puncak atap terdapat hiasan kayu yang mencuat ke atas bersilangan dan diberi ukiran yang disebut Tunjuk Langit. Makna dari ukiran tersebut adalah pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Selasar dalam bahasa Melayu disebut juga dengan selaso. Sedangkan selaso jatuh kembar bermakna rumah yang memiliki dua selasar yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah. Biasanya rumah selaso jatuh kembar dihiasi corak atau hiasan motif Melayu yang bersumber dari alam. Ada corak flora, seperti bunga dan lainnya.

Begitupun corak hewan yang dipilih berkaitan dengan petuah tertentu yang berkaitan dnegan kepercayaan masyarakat. Corak semut disebut semut beriring karena sifat semut yang rukun dan suka menolong antar sesama. Corak lebah dikarenakan sifat lebah yang selalu memakan yang bersih dan mengeluarkan madu yang bermanfaat bagi banyak orang.

Tak hanya corak hewan, ada juga corak benda-benda angkasa, seperti bulan, bintang, matahari, serta awan yang dianggap mengandung filosofi tertentu. Adapula corak bentuk, seperti belah ketupat, lingkaran, hingga kubus. Sedangkan corak kaligrafi diambil dari Al Qur’an. Pada intinya masing-masing corak mempunyai nilai falsafah yang terkandung didalamnya.

Meskipun begitu sebenarnya corak hewan sangat jarang ditemukan karena dikhawatirkan menjurus kepada suatu hal yang bersifat keberhalaan. Orang Melaayu umumnya beragama Islam, sehingga corak Hindu-Buddha diganti dengan yang lebih umum.

Ringkasan Mengenai Rumah Salaso Jatuh Kembar

Bagian puncak atap terdapat hiasan kayu bersilang. Bentuk bangunan persegi panjang dengan model rumah panggung yang berdiri diatas tiang penyangga. Selaso jatuh kembar berarti rumah yang memiliki dua selasar lebih rendah daripada ruang tengah (jatuh). Memiliki ukiran Melayu salah satunya salembayung.

Posisi rumah menghadap ke sungai. Bagian depan rumah terdapat selasar bagian tengah bersekat papan dan dapur terdapat di belakang rumah. Dihiasi pula dengan corak Riau, seperti kaligrafi, flora, obyek geometris, fauna, dan benda angkasa.

Rumah Belah Bubung

Selain selaso jatuh kembar di Kepri masih terdapat rumah tradisional lain, yaitu rumah belah bubung. Belah bubung adalah rumah adat Kepulauan Riau yang juga dikenal dengan nama rabung atau rumah bubung Melayu.

Konon, nama rumah belah bubung disematkan oleh orang-orang asing yang datang ke Indonesia, seprti orang-orang Tiongkok dan Belanda. Makna dari belah bubung adalah bagian atapnya terbuat dari bubung (bambu) yang terbelah dua.

Model rumah belah bubung adalah rumah panggung. Tinggi rumah ini sekitar 2 meter dari permukaan tanah dengan beberapa tiang penyangga. Seluruh bagian rumah bahannya di dapat dari alam.

Keunikan dari rumah belah bubung adalah atapnya yang berbentuk seperti pelana kuda. Bagian rumah induk terbagi menjadi 4 bagian, yaitu selasar, ruang induk, ruang penghubung dapur, serta dapur. Bahan dasar yang digunakan untuk membangun rumah ini adalah bambu (bubung).

Proses pembangunan rumah adat Kepulauan Riau ini tidak sembarangan. Harus ada beberapa tahapan adat yang perlu dilalui agar pemilik rumah terhindar dari kesialan. Ukuran rumah didasarkan pada kemampuan ekonomi pemilik rumah. Semakin besar rumah maka pemilik adalah orang berada. Sebaliknya, semakin kecil rumah berarti pemiliknya orang menengah ke bawah.

Keywords: Rumah Adat Kepulauan Riau

Originally posted 2020-04-23 21:45:37.

Categories
Ilmu Sosial

Rumah Adat Riau | Rumah Lontik yang Unik dan Cantik

Rumah Adat Riau – Ada beberapa rumah adat yang terdapat di Provinsi Riau, diantaranya Rumah Melayu Atap Lontik, Rumah Adat Salaso Jatuh, Rumah Melayu Atap Limas, Rumah Melayu Lipat Kajang. Bangunan tradisional disana kebanyakan berarsitektur Melayu dengan bentuk balai dan atap yang berbeda-beda.


Rumah Adat Riau


Provinsi Riau beribu kota di Kota Pekan Baru. Provinsi ini terletak di bagian tengah Pulau Sumatra. Riau saat ini termasuk salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan sumber daya yang didominasi oleh sumber daya alam.

Minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit, dan perkebunan serat merupakan hasil kekayaan alam provinsi dengan luas 87.023,66 km² ini. Disana setidaknya terdapat beberapa suku bangsa yang mendiami provinsi tersebut, diantaranya suku Melayu, Jawa, Batak, Minangkabau, Banjar, Bugis, Tionghoa, Sunda, dan Nias.

Masyarakat Melayu Riau

Etnis atau suku bangsa Melayu di Lima Koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau menggunakan rumah lontik sebagai tempat tinggal mereka. Lima koto ini merupakan kesatuan daerah hukum adat yang berbeda dengan etnis Melayu di daerah pesisir lainnya.

Adat yang sama dengan Lima kota ada di Rantau Kuantan, tepatnya di Kabupaten Indragiri Hulu dan juga sebagian di daerah Rokan. Koto merupakan sebuah perkampungan penduduk yang terdiri dari sekelompok rumah penduduk, masjid, dan balai adat atau Balai Godang.

Bila satu unsur dari sebuah koto tidak ada, maka tidak bisa disebut dengan koto. Dahulu sebuah koto dibangun di kaki bukit, tetapi seiring berjalannya waktu akibat pertumbuhan pantai sungai Kampar, daerahnya pindah ke dataran di pinggir sungai.

Berawal dari sanalah perkampungan menjadi umum dibentuk di pinggir aliran sungai. Rumah-rumah didirikan di sepanjang tepi sungai maupun jalan raya yang sejajar dengan aliran sungai. Bisa dikatakan bahwa perkampungannya memiliki pola linier mengikuti fenomena yang ada.

Mula-mulanya rumah didirikan untuk seluruh keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih kemudian tinggal bersama. Seiring berkembangnya zaman masing-masing kepala keluarga mendirikan rumahnya sendiri yang umumnya lebih kecil.

Tata letak rumah- rumah yang dibangun kepala keluarga serta bentuknya masih mengikuti cara atau adat tradisional. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya juga ditentukan oleh adat. Biasanya rumah keluarga yang lebih tua berada di depan keluarga yang lebih muda.

Rumah Lontik

Salah satu rumah adat yang ada di provinsi Riau adalah Rumah Lancang atau Pencalang. Pencalang merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Kabupaten Kampar yang ada di Provinsi Riau. Biasanya Rumah Lancang disebut juga dengan Rumah Lontik.

Disebut lontik karena bentuk perabung atau bubungan atapnya melentik ke atas. Sedangkan nama pencalang atau lancang karena bentuk hiasan kaki dindin depannya mirip perahu. Bentuk dinding rumah juga miring dan miringnya seperti dinding perahu layar. Apabila dilihat dari jauh, bentuk rumah adat Riau seperti rumah perahu (magon) yang biasa dibuat penduduk.

Bentuk Rumah Lontik

Bentuk atap rumah lontik yang melengkung ke atas di kedua ujungnya mengandung makna bahwa awal dan akhir hidup manusia di tangan Tuhan Sang Maha Pencipta. Elain atap, tiap-tiap bagian atau bangunan rumah memiliki makna tersendiri yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat.

Bentuk rumahnya persegi panjang dengan model konstruksi rumah lontik atau lancang menggunakan model rumah panggung. Tujuannya tidak lain agar menghindari bahaya serangan binatang buas dan juga terjangan banjir. Bagian kolong rumah biasanya digunakan sebagai kandang ternak, tempat menyimpan perahu, tempat bertukang, tempat bermain, maupun gudang kayu.

Rangka

Tiang-tiang rumah memiliki berbagai macam bentuk, antara lain segiempat yang melambangkan empat penjuru mata angin. Diharapkan rumah tersebut dapat mendatangkan rezeki dari keempat penjuru tersebut.

Tiang segienam melambangkan rukun Iman yang dalam ajaran Islam berjumlah enam dan harus ditaati pemilik rumah. Kemudian tiang segitujuh yang melambangkan tingkatan surga dan neraka yang berjumlah tujuh.

Lalu tiang segidelapan yang memiliki makna sama seperti tiang segiempat. Sedangkan rumah dengan tiang bersegisembilan melambangkan pemilik rumah yang tergolong orang kaya. Tiang yang letaknya pada deretan kedua pintu masuk disebut Tiang Tuo dan merupakan tiang utama yang tidak boleh disambung.

Lantai rumah terbuat dari papan yang disusun rapat dan pemasangannya pun sejajar dengan rasuk. Rasuk adalah balok yang fungsinya sebagai penyangga kerangka lantai.

Tangganya memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Biasanya terdapat lima anak tangga dalam setiap rumah. Hal ini melambangkan ekspresi keyakinan masyarakat. Sedangkan arsitekturnya bagian dinding luar rumah seluruhnya miring keluar dan bagian dalam tegak lurus.

Balok tumpuan dinding luar bagian depan dibuat melengkung ke atas dan disambung dengan ukiran pada tiap sudut dinding yang terlihat seperti bentuk perahu. Balok penutup ata dinding juga melengkung meskipun tidak terlalu melengkung seperti halnya balok tumpuan.

Lengkungannya mengikuti lengkungan sisi bawah bidang atap. Kedua ujung perabung diberi hiasan yang biasa disebut dengan sulo bayung. Sementara itu, ornamen pada keempat sudut cucuran atap dinamakan sayok lalangan. Bentuk hiasan yang terdapat pada rumah adat Riau beragam. Ada yang menyerupai bulan sabit, tanduk kerbau, taji, dan sebagainya.

Susunan Ruangan

Jumlah ruangan pada rumah lontik ada tiga sesuai dengan ungkapan ‘alam nan tigo’. Ungkapan tersebut mengambarkan tata pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat. Pertama, pergaulan antarsesama warga kampung yang disebut alam berkawan. Tegur sapa dilambangkan dengan ruangan depan.

Kedua, alam besanak berarti pergaulan antar kerabat juga keluarga. Hal ini dilambangkan dengan ruang tengah. Ketiga, alam semalu berarti kehidupan pribadi atau rumah tangga. Dilambangkan dengan ruang belakang.

Ruang pertama merupakan ruang bawah karena lantainya yang lebih rendah daripada lantai rumah induk dan dipisahkan oleh dinding dan bendul. Ruangan kedua merupakan ruang tengah atau rumah induk. Meskipun tidak ada pembatas, tapi menurut fungsinya ruangan ini dibagi menjadi dua.

Sebelah kanan disebut ujung tengah digunakan sebagai pelaminan saat uppacara perkawinan. Disediakan juga sebuah tempat tidur berupa gerai atau katil. Sedangkan sebelah kiri disebut poserek yang digunkan oleh anggota keluarga perempuan.

Terakhir adalah ruang belakang atau pendapuan yang digunakan untuk memasak, tempat makan keluarga, dan tempat wanita menerima tamu. Terkadang para gadis juga menggunakan ruang ini sebagai tempat tidur.

Tungku pada padapuan terbuat dari batu dan dindingnya dilapisi dengan seng agar mencegah api bisa membakar dinding. Ruangan belakan ada yang bersatu dengan rumah indduk ada juga yang dipisahkan dengan ruang lain yang disebut dengan telo aatau sullo pandan. Solu pandang biasanya diberi dinding dan digunakan untuk meletakkan peralatan dapur dan keperluan lain.

Ringkasan

Nama lainnya adalah Rumah Lontik dengan hiasan dan bangunan mirip perahu. Model rumahnya berbentuk panggung dengan jumlah tangga ganjil. Ornamen sayok lalangan ada di setiap sudut atap. Memiliki tiga buah ruang.

Tinggi ambang pintu sekitar 1,75 meter dengan lebar antara 70 sampai 100 cm. jendela pada rumah lonyik memiliki dua macam bentuk. Pertama berbentuk seperti pintu dengan dua buah daun jendela dan kedua berupa jendela panjang yang tingginya sekitar 50 cm, tapi lebarnya 1 – 2 meter.

Bagian kolong rumah biasa digunakan untuk kandang ternak, menyimpan perahu, tempat anak-anak bermain, gudang kayu, hingga tempat bertukang. Orang-orang Melayu memang sering mengerjakan hal-hal pertukangan di kolong rumah, seperti halnya pada kartun negeri tetangga Upin Ipin. Ada adegan dimana Upin dan Ipin membuat sepeda dikolong rumah Tok Dalang.

Keywords: Rumah Adat Riau

Originally posted 2020-04-23 21:27:07.