Categories
Seni Budaya

Pakaian Adat Maluku Beserta Gambar dan Penjelasan

Pakaian adat Maluku dikenal juga dengan nama cele yang digunakan oleh para wanita Ambon. Baju cele merupakai sebutan untuk pakaian adat Maluku bagi para wanitanya terutama dari Ambon. Sementara para pria mengenakan pakaian adat yang lebih sederhana.


Pakaian Adat Maluku


Baju cele khas Ambon ini terdiri dari atasan semacam kebaya bermotif garis maupun kotak. Biasanya, baju cele dipadukan dengan kain sarung dengan warna yang senada dengan warna kebaya yang digunakan. Warna-warna yang dipakai dalam membuat baju cele adalah warna-warna yang terang.

pakaian adat maluku

Selain itu, baju cele juga dilapisi atau memakai tambahan berupa kain yang dinamakan salele. Kemudian sebagai pelengkap mereka membawa lenso atau saputangan. Aksesori tambahan berupa kain lenso ini merupakan pengaruh dari budaya Eropa. Sementara kain salele memiliki warna dan corak yang senada dengan baju Cele.

Rambut para wanita Ambon saat mengenakan busana ini biasanya ditata dengan cara dikonde dan diberi tusuk konde atau haspel. Tusuk konde ini terbuat dari emas maupun perak. Mereka juga memakai kak kuping, sisir konde, serta bunga ron.

pakaian adat maluku

Ada keunikan tersendiri dari panggilan Orang Ambon untuk yang mengenakan baju Cele. Terdapat panggilan khusus bagia wanita Ambon yang memakai baju Cele dan dibedakan antara yang masih gadis dengan yang sudah menikah. Apabila masih gadis maka dipanggil Nona Baju Cele Kaing, sementara jika sudah menikah maka dipanggil Nyonya Kain Salele.

Sementara kaum prianya memakai pakaian adat yang lebih sederhana meskipun wanitanya pun sudah terbilang sederhana. Pakaian yang digunakan berupa baju dengan luaran jas tanpa kerah serta celana berwarna hitam sebagai bawahannya.

Saat ini keberadaan baju Cele lebbih ceri diperlihatkan sebagai busana pengantin adat khas Ambon, Maluku. Selain itu, pakaian adat khas Maluku juga sering digunakan pada acara-acara tertentu, misal penyambutan tokoh. Presiden Jokowi pun pernah menjajal pakaian adat Maluku saat bertandang ke sana.

pakaian adat maluku

Perubahan Gaya dan Bahan Pakaian Adat Maluku

Terjadi peningkatan pemikiran masyarakat untuk memodifikasi model-model dasar dari bahan busana dalam beberapa dekade periode peradaban orang Maluku. Pada akhir abad ke 20 sampai abad ke 21, para pengusaha yang bergerak di bidang konveksi banyak memodofikasi model-model busana serta motif-motif tradisional.

Mereka menggunakannya sebagai materi dasar untuk mengungkapkan citra dan karakteristik busana tradisional sebagai identitas suatu daerah. Contoh yang paling umum dan sering kita temui adalah sistem tenun tradisional yang menggunakan manusia diubah secara drastis dengan mesin. Keberadaan mesin produksi pemintal kain menjadi lebih efisien.

pakaian adat maluku

Namun, dari prespektif ekonomis maka pandangan masyarakat yang bergerak di dunia usaha konveksi lebih cenderung menampilkan busana tradisional ke arah modern dengan kreativitas masing-masing. Para pelaku di bidang konvekssi lebih mementingkan aspek pemasaran serta daya beli masyarakat.

Di sisi lain, para pengusaha di bidang konveksi berupaya untuk mengangkat citra mode pakaian tradisional ke arah yang lebih estetik. Caranya dengan menggunakan bahan-bahan modern serta aksesoris yang memukau.

Sayangnya, tampilan busana tradisional yang dimodernisasi oleh para pedagang konveksi hanya berkutat dengan kreativitas mode. Mereka mengesampingkan fungsi pakaian tradisional itu secara substansif. Hal ini tentu terkait dengan kepentingan ekspos kreatif dan daya jual di pasaran.

pakaian adat maluku

Tampilan pakaian adat secara substansif dalam fungsinya di era modern mengalami perubahan secara regrasif. Dimana kreativitas masyarakat dalam merancang mode baru dari pakaian tradisional menjadikannya sebagai bidang usaha di dunia konveksi. Sementara penggunaan busana tradisional hanya dilakukan pada kegiatan ritual saja.

Hal-hal semacam ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada busana Maluku saja, tapi juga busana daerah lainnya. Perkembangan zaman membuat orang-orang di industri ini memikirkan cara untuk tetap melestarikan keberadaan pakaian adat, tapi tetap memperhatikan pasar.

Baca Juga: Pakaian Adat Gorontalo

 

Keyword: Pakaian Adat Maluku

Originally posted 2020-08-07 08:00:36.

Categories
Ilmu Sosial

Profil Provinsi Maluku | Sejarah, Geografi, Seni dan Budayanya

Profil Provinsi Maluku – Maluku berasal dari bahasa Arab Al-Mulk yang berarti negeri para raja, yang mana pada jaman dahulu terdiri atas berbagai kerajaan kecil di masing-masing daerahnya.


Sejarah Provinsi Maluku


Oleh penduduk asli, Maluku berasal dari bahasa Ternate Moloku, Moloko yang berarti tanah air, yang disebut sebagai Moloku Kie Raha atau Kesultanan Empat Gunung atau Tanah Air Empat Gunung.

Keempat gunung tersebut ialah empat kerajaan besar di Maluku, yakni Kerajaan Ternate, Kerajaan Bacan, Kerajaan Tidore, dan Kerajaan Jailolo.


Geografi Provinsi Maluku


Banyak hal menarik yang dapat mewakili wajah Maluku sebagai provinsi berupa kepulauan di wilayah Indonesia bagian timur.

Provinsi Maluku berada pada 2º 30′ – 9º Lintang Selatan dan 124º – 136º Bujur Timur.

Provinsi Maluku berbatasan langsung dengan Laut Seram di sebelah utara, dengan Laut Arafuru di sebelah selatan, dengan Pulau Irian di sebelah timur, dan dengan Pulau Sulawesi di sebelah barat.

Dengan luas sekitar 712.480 km2, Maluku terbagi atas 9 kabupaten dan 2 kota yang mana kota Ambon sebagai ibukota provinsi.

Berdasarkan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Provinsi Maluku, curah hujan di Maluku ialah 1000 hingga lebih dari 2000 mm/tahun.

Provinsi Maluku berada pada jalur lintas Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang menjadikan Maluku sebagai lokasi strategis untuk perdagangan.

Mayoritas perekonomian masyarakat bersumber dari sektor perdagangan, dan sisanya berasal dari pertanian.

Jumlah penduduk di Maluku berdasarkan sensus penduduk pada 2010 ada hampir 1.500.000 jiwa dengan mayoritas penduduk memeluk agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik, yang mana penduduk berusia produktif kurang lebih berjumlah 596.000 orang dengan angkatan kerja sebanyak 90% dari penduduk dengan usia produktif.

Sebagai lokasi strategis perdagangan, di Provinsi Maluku didukung dengan infrastruktur transportasi berupa pelabuhan umum, jalanan darat, bandar udara internasional; telekomunikasi; penyediaan tenaga listrik meskipun masih membutuhkan pengembangan, dan perbankan daerah maupun nasional.


Seni dan Budaya Provinsi Maluku


Kebudayaan di Provinsi Maluku sangat kaya, terlihat dari beragam suku dan bahasa yang hidup di dalamnya.

Suku yang tinggal di Maluku antara lain suku Alifuru, suku Togitil, suku Furu Aru, dan lainnya dengan bahasa daerah Bahasa Togitil, Ahfuru, dan Furu Aru.

Rumah Adat

Adapun rumah adat provinsi Maluku dikenal dengan Baileo, sebutan ini sama dengan rumah adat provinsi Maluku Utara.

Baileo merupakan rumah panggung yang memiliki teras berkeliling dengan atap rumbia yang besar dan tinggi, dan dinding yang terbuat dari tangkai rumbia.

Baileo biasanya digunakan sebagai tempat melangsungkan upacara adat Saniri Negeri, pertemuan maupun musyawarah.

Tarian Adat

Dari segi kesenian, di Maluku dikenal tarian daerah antara lain tari Lenso sebagai tarian persatuan dalam pergaulan masyarakat, tari Cakalele sebagai tarian perang yang menunjukkan kepahlawanan, tari Cakaola yang dikombinasikan dari tari tradisional Orlapei dan Saureka-reka untuk penyambutan tamu terhormat maupun tarian di acara pesta.

Lagu

Adapun lagu tradisional Maluku antara lain Kole Kole, Mande Mande, dan Rasa Sayang Sayange, dengan alat musik tradisional berupa alat musik pukul tifa dan totobuang, alat musik petik ukulele, dan musik lainnya seperti Sawat yang juga dipengaruhi musik dari budaya Timur Tengah.

Potensi Wisata Alam

Di dunia internasional, Maluku dikenal dengan sebutan Moluccas, yang sejak tahun 1999 terpecah dengan Maluku Utara yang memisahkan diri menjadi provinsi baru.

Berbentuk kepulauan, Maluku terdiri atas pulau-pulau yang menawarkan bentang alam yang indah dari kepulauan Banda dan Babar, kepulauan Tanimbar, Kai, dan Leti, Pulau Ambon, Pulau Saparua, Seram, Wetar, Kisar, dan Buru.

Potensi wisata alam di Maluku antara lain ada pada Taman Laut Manusela di Pulau Banda, Pantai Pasir Panjang di Tual Maluku Tenggara dengan pasir putih, Pantai Natsepa, Pintu Kota di ujung Pulau Ambon yang menjorok ke Laut Banda, Pantai Liang di Ambon, Pantai Pasir Panjang di Kai, Pantai Latulahat di Ambon, dan banyak pantai lainnya.

Selain itu juga terdapat situs sejarah seperti Benteng Duurstede di Saparua, Benteng Amsterdam di Ambon, Benteng Victoria di Ambon, Banda Neira di Banda, Benteng Belgica di Banda, Gua Ohoidertavun di Kai, dan Masjid Kuno Desa Kaitetu.

Sumber Daya Alam

Maluku juga terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah, baik sumber daya hutan, pertambangan, maupun perikanan.

Luas hutan di Maluku ada sekitar 54.000 km2 dengan hutan produksi sekitar 1.770.000 Ha dan hutan yang dapat dikonversi sekitar 1.600.000 Ha.

Hasil tambang yang pernah diperoleh di Maluku antara lain emas yang terdapat di Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku, dan Romang; perak di Pulau Damar; kuarsa di Pulau Buru; logam dasar di Nusalaut dan Pulau Haruku, mangaan di Laut Banda; dan minyak bumi di Pulau Seram, Laut Banda, Kepulauan Aru, dan perikanan di daerah Kepulauan Banda, Kei, Aru, dan Maluku Tenggara serta Maluku Barat Daya.

Maluku juga pernah ditetapkan sebagai Lumbung Ikan Nasional sejak 2010 oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan. Adapun hasil perikanan yang terdapat di Maluku antara lain ikan pelagis besar dan kecil, ikan demersal, ikan karang, udang, lobster, dan cumi, dan potensi budidaya laut berupa udang windu dan ikan bandeng.

Gong Perdamaian Dunia

Pada tahun 2002, provinsi Maluku pernah mendapat penghargaan Gong Perdamaian Dunia yang sekarang ada di Ambon City Centre, sebagai penghargaan atas selesainya tragedi Ambon yang dikenal dengan konflik Basudara Salam Sarane yang memakan banyak korban jiwa.

Kejadian ini sebagai penyebab pemisahan wilayah antara provinsi Maluku dengan provinsi Maluku Utara.

Keyword: Profil Provinsi Maluku

Originally posted 2020-08-04 03:25:50.

Categories
Ilmu Sosial

Rumah Adat Maluku Utara, Rumah Sasadu sebagai Tempat Mengadu

Rumah adat Maluku Utara dikenal dengan nama rumah adat sasadu. Kata sasadu berarti berlindung di rumah besar. Jenis bangunan rumah adat sasadu adalah bentuk rumah panggung.


Rumah Adat Maluku Utara


Provinsi Maluku Utara beribu kota di Kota Sofifi. Sebelumnya ibukota dari Provinsi Malut (Maluku Utara) berada di Ternate, tepatnya di kaki Gunung Gamalama. Namun, pada tahun 2010 ibukota provinsi Malut berpindah ke Sofifi di Tidore.

Luas wilayah Maluku Utara sebesar 31.982 km² dengan jumlah penduduk total sekitar 1.209.342 jiwa. Penduduknya terdiri dari berbagai macam agama dan suku bangsa. Beberapa etnis yang mendiami wilayah Malut, diantaranya ada Suku Tobelo, Galela, Ternate, Makian, Tidore, Sula, Buton, Jawa, dan lain sebagainya.

Pulau Halmahera

Halmahera merupakan pulau terbesar di Kepulauan Maluku dan bagian dari wilayah Provinsi Maluku Utara. Pulau ini dibagi menjadi 10 kabupaten, yakni Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Barat.

Kemudian Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Sula, Kabupaten Kepulauan Morotai, Kota Ternate, Kota Tidore, Kabupaten Pulau Talibau. Luas pulau Halmahera adalah 17.780 km². penduduknya mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dan sisanya memeluk Islam.

Suku Sahu

Etnis Sahu atau disebut juga suku Sau merupakan suku asli Indonesia yang kebanyakan masyarakatnya mendiami wilayah Kota Jailolo, Kecamatan Sahu dan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Konon katanya nama Sahu diberikan oleh Kesultanan Tidore.

Nama sahu diberikan karena dahulu ada beberapa orang yang menemui sultan tepat di waktu sahur. Akhirnya Sultan menyebut mereka dengan sebutan orang Sahu. Salah satu makanan khas Suku Sahu ialah Nasi Jala atau Nasi Kembar. Proses pembuatannya mirip dengan cara membuat lemang.

Beberapa desa yang didiami Suku Sahu masih memiliki bangunan sasadu yang berdiri kokoh meskipun di beberapa bagian ada yang telah lapuk.

Desa Worat-worat, Desa Golo, dan Desa Gamomeng merupakan tiga desa yang memiliki bangunan sasadu milik orang Sahu tertua di Halmahera Barat. Saking tuanya bangunan-bangunan sasadu di ketiga desa tersebut, kerusakannya bahkan mencapai 70%.

Rumah Sasadu

Sasadu merupakan rumah adat khas Suku Sahu yang merupakan etnis dari Pulau Halmahera. Kata sasadu berasal dari kata Sasa – Sela- Lamo atau besar dan juga Tatadus-Tadus atau berlindung. Jadi, sasadu memiliki arti berlindung di rumah besar.

Rumah adat Maluku Utara, yaitu Sasadu memiliki bentuk yang sederhana. Jenis rumahnya berbentuk rumah panggung yang dibangun menggunakan bahan kayu sebagai tiang penyangganya atau pilar. Atapnya pun hanya dari anyaman daun sagu.

Desain rumah sasadu menggambarkan filosofi hidup masyarakat Sahu dalam bermasyarakat. Bangunannya sarat makna dan nilai-nilai filosofis yang memiliki ciri khas keunikannya tersendiri.

Tiap desa di Halmahera memiliki sasadunya masing-masing. Ada tiga fungsi utama dari rumah sasadu, yakni sebagai tempat pertemuan, sebagai tempat penyelesaian perkara, dan tempat melaksanakan upacara adat.

Tiang-tiang penyangga dihubungkan satu sama lain dengan balok penguat tanpa paku. Pengganti paku adalah pasak kayu dan dikuatkan dengan ikatan tali. Hal itu juga merupakan simbol hubungan persaudaraan antarwarga yang tidak akan pernah putus.

Lantainya yang berupa tanah menggambarkan kehidupan manusia. Manusia itu asalnya terbuat dari tanah yang nantinya juga akan kembali ke tanah. Benar-benar sebuah bangunan tradisional yang bermakna tinggi.

Sementara sebagai representasi kekuasaan masyarakat Sahu, rumah adat sasadu memiliki tiga fungsi utama. Fungsi pertama, yaitu sebagai tempat pelaksanaan demokrasi melalui pertemuan kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan.

Sebagai tempat penyelesaian masalah pemerintahan dan kemasyarakatan. Juga sebagai tempat untuk melangsungkan ritual adat. Selain itu, secara vertikal struktur rumah sasadu terbagi dalam tiga bagian, yakni struktur atas, tengah dan bawah. Semuanya menggambarkan satu kesatuan yang utuh.

Struktur Bangunan

Bangunan tradisional sasadu berbentuk segi delapan yang melambangkan delapan arah mata angin. Timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, barat laut, utara, timur laut.

Jumlah sisi bangunan sasadu yang berjumlah delapan juga merupakan ide leluhur mereka. Maknanya bahwa semua tamu dari berbagai penjuru boleh masuk ke sasadu apabila membutuhkan pertolongan atau berkepentingan dnegan masyarakat Taboso.

Struktur bagian tas rumah mengandung makna ke TUhan-an. Dimana bagian atas memiliki filosofi, yakni segala makhluk diatas bumi akan menengadah ke langit. Orang-orang Taboso dan Masyarakat Sahu percaya bahwa yang berkuasa di bumi ini adalah Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penguasa langit dan bumi.

Struktur bagian tengah mengandung makna kemanusiaan. Filosofisnya, yakni semua makhluk di bumi akan selalu mempertahankan hidupnya dengan kemampuan mempertahankan kondisi kehidupan. Maknanya adalah bagaimana manusia dan mahkluk hidup lainnya berusaha makan, bernafas, dan kesehatan tubuh terjaga.

Hal tersebut dapat terlihat pada susunan bangunan tengah dimana kayu atau ngaso diikat dengan menghubungkan seluruh badan rumah. Sedangkan struktur bagian bawah memiliki filosofi sebagai tempat pijak. Maknanya adalah manusia selalu berpijak diatas tanah miliknya dan berusaha dengan bijak dalam menggunakannya.

Pada struktur bagian bawah ini dapat diartikan kekuasaan berpijak dengan memanfaatkan alam semesta atau lingkungannya. Selain itu, pemaknaan lainnya adalah manusia harus bekerja keras untuk bertahan hidup dengan cara bekerja diatas keadilan.

Prinsip Orang Sahu dalam Sasadu

Prinsip pembangunan rumah sasadu ada lima. Pertama, posisi teras harus rendah agar setiap orang yang masuk harus menundukkan kepala sebagai bentuk penghargaan terhadap orang yang berada di dalam.

Kedua, di dalam rumah sasadu terdapat empat tiang besar yang melambangkan empat kesultanan. Ketiga, setiap rumah adat memiliki panjang tujuh waras atap yang melambangkan prosesi makan adat selama tujuh hari tujuh malam.

Keempat, penggunaan anyaman daun sagu sebagai atap bertujuan agar orang yang berada di dalam rumah mendapat kesejukan. Terakhir, setiap tali ijuk yang diikat di totora (lata) melambangkan bahwa perbedaan pendapat diantara mereka tetap saja dalam satu ikatan dan persaudaraan.

Arsitektur Rumah Sasadu

Arsitektur rumah sasadu cukup unik. Sasadu tidak memiliki pintu dan dinding penutup di setiap sisinya. Sepintas rumah ini tidak mencerminkan rumah sama sekali. Fungsi dari sadau memang bukan untuk tempat tinggal melainkan sebagai tempat pesta adat.

Aktivitas ritual adat yang biasanya diselenggarakan di sasadu, antara lain pelantikan Raja atau Sibere Nyira, upacara Saimangoa atau upacara panen raya. Upacara Saailama atau upacara syukuran hasil panen, Malolar atau perkawinan adat, serta upacara Horam Toma Sasadu.

Ada enam jalan masuk sekaligus keluar rumah. Dua jalan untuk perempuan, dua untuk lelaki, dan dua lagi untuk para tamu. Sebelum masuk ke sasadu terdapat dua pijakan tangga. Pilar atau tiang-tiangnya terbuat dari kayu bulat. Dibangun tanpa paku melainkan pasak kayu untuk memperkuat.

Ada dua macam bendera yang terpasang di rumah tradisional sasadu, yaitu panji atau bendera besar, dan dayalo atau bendera kecil. Selain itu terdapat juga paturo atau hiasan kain putih. Meski keseluruhan atap terbuat dari anyaman daun sagu, ujung atapnya yang terbuat dari kayu diukir dengan ukiran khas Maluku Utara.

Keywords: Rumah Adat Maluku Utara

Originally posted 2020-05-21 11:03:00.

Categories
Ilmu Sosial

Rumah Adat Maluku | Baileo, Balai Warga yang Penuh Makna

Rumah adat Maluku dikenal dengan nama rumah adat baileo. Kata baileo memiliki arti balai. Sebenarnya rumah adat ini juga ditemukan di daerah Maluku Utara, tapi baileo merupakan rumah adat dari provinsi Maluku. Bangunannya kental dengan nuansa Maluku.


Rumah Adat Maluku


Provinsi Maluku beribukota di Kota Ambon merupakan sebuah provinsi yang wilayahnya meliputi bagian selatan Kepulauan Maluku. Luas wilayahnya sebesar 46.913,03 km² dengan total jumlah penduduk sekitar 1.831.880 jiwa.

Sebagian besar penduduk Maluku merupakan penduduk asli Maluku yang terdiri dari beberapa suku bangsa, seperti Suku Alifuru, AMbon, Buru, dan Kei. Sedangkan suku-suku pendatang diantaranya ada Suku Bugis, Makassar, Buton, dan Jawa.

Rumah Baileo

Salah satu wilayah dimana rumah adat Maluku, yaitu baileo masih terpelihara dengan baik adalah di Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Disana rumah baileo tidak difungsikan sebagai tempat tinggal melainkan hanya digunakan saat ada acara adat atau keagamaan.

Berdasarkan fungsinya, maka baileo memiliki arti yang sama dengan kata balai dalam bahasa Indonesia. Hampir semua baileo yang ditemukan di Kecamatan Saparua berukuran cukup luas. Terlihat luas karena terdiri dari satu ruangan tanpa sekat.

Baileo merupakan rumah adat yang berbentuk panggung besar dengan ketinggian satu hingga 2 meter. Pembangunan rumah adat Maluku ini berlandaskan prinsip, simbol, dan kepercayaan penduduk pada masa tersebut.

Struktur Rumah Baileo

Tegaknya bangunan rumah tradisional yang kokoh ini disokong oleh tiang-tiang kayu pendek yang berjajar ditanam ke dalam tanah. Pada umunya tiang dibuat dari bahan kayu kelapa dan hanya menopang bagian lantai rumah.

Sementara itu, atapnya ditopang oleh tiang sambungan yang ukurannya lebih kecil. Banyaknya pilar penyangga bangunan yang terdapat pada rumah baileo menunjukkan jumlah klan yang berada di desa.

Bagian depan serta belakang rumah baileo terdapat sembilan pilar penyangga. Sedangkan pada bagian kanan dan kiri rumah adat terdapat lima pilar penyangga yang dikenal sebagai lambang Siwa Lima.

Siwa Lima memiliki arti saling memiliki yang menjadi simbol persekutuan desa-desa di Maluku. Tentunya mereka yang berasal dari kelompok Siwa dan kelompok Lima.

Atap rumah baileo terbuat dari daun sagu atau rumbia dan memiliki ukiran bermotif binatang, matahari, dan bulan. Warnanya merah kuning, dan hitam. Tidak memiliki sekat luar atau dinding dan jendela. Bangunan ini banyak menggunakan kayu dengan ukiran unik dan juga berbagai macam ornamen khas Maluku.

Lantai rumahnya berukuran cukup luas yang terbuat dari susunan papan yang ditumpangkan pada kerangka atap. Papan-papan yang menjadi lantai disusun tanpa paku. Meskipun demikian, saat diijak lantai rumah tidak berderit sama sekali. Hal ini dikarenakan papan telah dikuatkan dengan teknik kunci pada rangka lantai.

Fungsi dari baileo adalah untuk tempat musyawarah serta untuk menyimpan benda antik dan keramat. Di dalamnya juga terdapat batu dan kamar pamali. Beberapa bangunan baileo yang ada di Kecamatan Saparua ada yang telah menggunakan material bangunan modern, seperti semen dan atap seng.

Arsitektur Rumah Baileo

Umunya bentuk arsitektur Baileo di Maluku Tengah berbentuk rumah panggung atau rumah berkolong yang terdiri dari tiga bagian. Bagian bawah atau kolong, bagian tengah yang merupakan bagian inti, dan bagian atas atau atap.

Ada empat macam baileo yang terdapat di Kecamatan Saparua. Tiga negeri memiliki model baileo berbentuk rumah panggung atau rumah dengan kolong. Sebut saja baileo di Nolloth, baileo di Ihamahu, dan baileo di Haria. Sedangkan satu negeri lainnya, yaitu Ulath memiliki baileo yang tidak berbentuk panggung atau bekolong.

Di Ulath, meski bentuknya bukan merupakan rumah panggung, tapi pondasi dan lantainya dibuat tinggi dan masuknya tetap menggunakan tangga. Keempat baileo tersebut juga memiliki ciri khasnya masing-masing.

Secara umum, baileo di Maluku Tengah dapat digambarkan dengan empat deskripsi berikut. Pertama, bangunannya berdenah empat persegi panjang. Kedua, bangunannya berlantai papan yang didirikan di atas tiang-tiang penyangga berupa balok-balok kayu.

Ketiga, bentuk atap tumpal terbuat dari daun rumbia. Terakhir, bangunan dan seluruh materialnya terbuat dari unsur-unsur alam serta dikerjakansecara tradisional. Bentuk arsitektur bagian-bagian baileo terbagi menjadi tiga bagian.

Bagian Bawah

Didirikan di atas tumpukan tanah yang agak tinggi dan dibatasi dengan tumpukan batu sebagai penahan tanah. Tiang-tiangnya ditancapkan kedalam tanah. Jumlah tiang pada masing-masing baileo bervariasi.

Selain tiang-tiang induk, terdapat juga tiang-tinag tambahan yang diikatkan berimpit dengan tiang induk. Fungsi tiang tambahan tersebut untuk memperkuat tiang induk sebagai penopang seluruh bangunan.

Bagian Tengah

Dinding dan lantai merupakan bagian tengah. Laitai baileo umumnya terbuat dari papan yang diletakkan di atas tiang-tiang kayu dan dikuatkan menggunakan pasak kayu. Saat ini penggunaan paku telah menggantikan pasak kayu. Pada baileo Ulath yang tidak berkolong, lantainya tidak menggunakan papan kayu melainkan pasir.

Dinding baileo umumnya terbuat dari papan kayu yang tingginya sekitar satu meter dari lantai. Pada baileo Nolloth dan Ihamahu dindingnya terbuat dari balok kayu. Di baileo Nollot balok kayunya disilang-silang sehingga membentuk tumpal. Sementara baileo ulath balok kayu dijejerkan vertikal menyerupai pagar.

Di Ihamahu, dinding baileonya terbuat dari papan kayu yang diukir dengan ukiran motif khas Maluku.dari keempat macam baileo hanya baileo di Haria yang tidak berdinding.

Pintu masing-masing baileo juga bervariasi. Rumah baileo Haria dan baileo Ulath memiliki dua buah pintu. Baileo Nolloth memiliki empat buah pintu di masing-masing sisinya. Sedangkan baileo Ihamahi memiliki tiga buah pintu. Setiap pintu memiliki tangga untuk masuk.

Bagian Atas

Atas atau atap rumah biasanya berbentuk tumpal atau segitiga sama kaki. Umumnya terbuat dari daun sagu atau daun rumbia. Struktur atap menggunakan bahan kayu dan bambu dengan pasak kayu meupun diikat dengan ijuk. Sekarang ini baileo juga banyak yang menggunakan pasak besi atau paku.

Masyarakat setempat menganggap baileo sebagai rumah leluhur karena itu hanya dipergunakan saat ada upacara adat. Tiupan tahuri merupakan perlambang memohon restu dari leluhur dalam proses pelaksanaan berbagai macam upacara di baileo.

Bangunan baileo menggambarkan adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat Maluku. Hal itu nampak jelas pada pengaturan pintu masuk. Kepala negeri mempunyai pintu masuk yang berbeda dengan pintu masuk masyarakat biasa. Begitu juga dengan pengaturan tempat duduknya.

Tak hanya itu tempat duduk di dalam baileo juga diatur sedemikian rupa. Saat upacara adat, raja duduk di tempat paling depan dan agak tinggi yang berhadapan dengan masyarakat biasa. Hingga saat ini aturan-aturan tersebut masih dipatuhi oleh masyarakat setempat.

Begitu juga dengan posisi tiap soa atau marga dalam acara adat yang dilaksanakan di baileo juga menuruti aturan yang ada. Masing-masing soa atau marga memiliki tiang yang diberi nama menurut nama soa atau marga tersebut.

Sehingga saat pelaksanaan upacara adat, setiap marga menempati tiang milik soanya sendiri. Hal ini juga terlihat saat pelaksanaan upacara tutup baileo. Ada pembagian tugas yang jelas bagia seluruh masyarakat berdasarkan soanya. Mulai dari mempersiapkan bahan hingga mengganti atap.

Keywords: Rumah Adat Maluku

Originally posted 2020-05-12 10:53:31.

Categories
Seni Budaya

28 Lagu Daerah Maluku yang Bikin Kamu Ingin Terus Bernyanyi

Lagu Daerah Maluku – Maluku adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Ibu kota dari Maluku adalah Ambon atau lebih dikenal dengan Ambon Manise yang mempunyai arti kota Ambon yang manis/cantik/indah.

Kota ini memiliki kekayaan alam berupa rempah-rempah seperti cengkeh dan pala, serta emas dan mutiara.

Selain kekayaan alam tersebut, Maluku juga kaya akan kesenian dan budaya, salah satunya adalah lagu-lagu daerah yang enak didengar.

Baca Artikel Menarik Lainnya:


Lagu Daerah Maluku


Lagu-lagu daerah Maluku sangat menarik untuk dinyanyikan karena memiliki ciri khas dan nada yang enak. Berikut beberapa lagu daerah Maluku.

1. Ambon Manise

Waktu hujan sore sore
Kilat sambar pohon kenari
E jojaro deng mongare
Mari dansa dan menari

Pukul tifa toto buang kata balimbing di kereta
Nona dansa dengan tuan jangan sindir nama beta

E menari sambil goyang badane
Menari lombo pegang lenso manise
Rasa ramai jangan pulang dulue


2. Ayo Mama

Ayam hitam telurnya putih
Mencari makan di pinggir kali
Sinyo hitam giginya putih
Kalau ketawa manis sekali

Ayo mama, jangan mama marah beta
Dia cuma, dia cuma cium beta
Ayo mama, jangan mama marah beta
Lah orang muda punya biasa

Lembe-lembe makan ketupat
Kondo bujang di air mangir
Mambu reweh mau bersumpah
Lah ingat bujang terlalu manis

Ayo mama, jangan mama marah beta
Dia cuma, dia cuma cium beta
Ayo mama, jangan mama marah beta
Lah orang muda punya biasa


3. Buka Pintu

Buka pintu buka pintu, beta mau masuke
Siolah nona nona beta, adalah di mukae
Beta panggil tidak menyahut, buka pintu juga tidak mau
Siolah nona beta mau masuke he he he he

Buka pintu buka pintu, beta mau masuke
Siolah nona nona beta, adalah di mukae
Ada anjing gonggong betae, ada hujan basah betae
Siolah nona beta mau masuke he he he he he


4. Burung Kakak Tua

Burung kakatua
Hinggap di jendela
Nenek sudah tua
Giginya tinggal dua

Lesbum Lesbum Lesbum la la la
Lesbum Lesbum Lesbum la la la
Lesbum Lesbum Lesbum la la la
Burung kakatua


5. Burung Tantina

Sio tantina burung tantina
Mati dipanah Raja Nirwana
Sio tantina burung tantina
Mati dipanah Raja Nirwana
Sakitnya bukan sakit penyakit
Khabarnya datang dari Sri Rama
Sakitnya bukan sakit penyakit
Khabarnya datang dari Sri Rama


6. Goro-Gorone

Goro gorone epa toka toka bia
Loko sana loko mari loko lenso manari
Kata nyong beta pinta sioh nona e manari
Dengar donci a balagu sioh nona ender bahu
Meski nona duduk jauh sioh beta panggil trus menyahut
Lah lajulah lekas datang kemari
Pura pura tidak tahu belum ditanya sudah mau
Lah sebab nona suka sendiri


7. Gunung Salahatu

Kota Ambon ibu negri tanah Maluku
Di pinggir laut tempat beta bersatu
Dilihat dari jauh gunung Salahutu
Beta ingat beta dahulu di ditu
Bulan terang benderang di pinggirnya pantai
Bunyi gitar suara tifa ramai ramai
Kota Ambon dengan teluk yang indah permai
Apa tempo beta lihat Oselae


8. Hela Rotane

Hela hela rotan e
Rotan e tifa jawa
Jawae bebunyi
Rotan, rotan sudah putus
Sudah putus ujung dua
Dua baku dapa e
Rotan, rotan sudah putus
Sudah putus ujung dua
Dua baku dapae


9. Huhate

Orang muda huhate, bae-bae
Jangan sampai dapat kulit durian
Pasang mata telinga, kalau mencari teman
Jangan sampai dapat kulit durian
Huhate, huhate, huhate bae – bae
Jangan sampai sembarang orang latagai
Sio jangan, sio jangan
Jangan paparipi
Kulit durian sungguh baduri
Orang muda huhate, bae-bae
Jangan sampai dapat kulit durian
Pasang mata telinga, kalau mencari teman
Jangan sampai dapat kulit durian
Huhate, huhate, huhate bae – bae
Jangan sampai sembarang orang latagai
Sio jangan, sio jangan
Jangan paparipi
Kulit durian sungguh baduri


10. Kole-Kole

Kole kole arumbai kole
Tiup angin ke utara arumbai kole
Manise manise sota lalu manise
Sama santan dengan gula sota lalu manise


11. Lembe-lembe

Lembe lembe toyan do maule
Lembe to toyan do maule
Sawat sawat toyan do maule
Sawat to toyan do maule
Lembe lembe toyan doyo
Lembe to toyan do maule
Sawat sawat toyan doyo
Sawat to toyan do maule
Lembe lembe tu maina
Sawat sawat di laute
Lembe lembe tu maina
Sawat sawat di laute


12. Mande-Mande

Mande mande ana kona e mande
Wato rasa bagaimana beta pulang kawin dengan se
Malayo malayo malayo
Malayo tinggal dari tanjung tanjung yo tanjung
Yo Malayu tinggal dari tanjung tanjung tanjung yo
Sauh reka reka gaba gaba ampat buah
Kalo nyong sayang beta mari dekat dekat dekat jua


13. Naik Naik ke Puncak Gunung

Naik naik ke puncak gunung
Tinggi tinggi sekali
Naik naik ke puncak gunung
Tinggi tinggi sekali
Kiri kanan kulihat saja
Banyak pohon cemara
Kiri kanan kulihat saja
Banyak pohon cemara
Naik naik ke gunung nona
Kusu kusu melulu
Naik naik ke gunung nona
Kusu kusu melulu
Maski cinta tinggal cinta
Mama panggil beta pulange
Maski cinta tinggal cinta
Mama panggil pulange


14. Nusaniwe

Nusaniwe, Nusaniwe dan tanjung Alange sioh,
Di waktu beta di waktu beta dari Ambone sioh
Ombak pukul ombak pukul ke badan kepale sioh,
La hati beta hato beta tra ka ru ane tra karuane
Ombak putih putih,
Sio ombak datang dari laute
Kipas lendo putih,
Sio tanah Ambon sudah jauh


15. Nona Manis Siapa Yang Punya

Nona manis siapa yang punya
Nona manis siapa yang punya
Nona manis siapa yang punya
Rasa sayang sayange

Baju merah siapa yang punya
Baju merah siapa yang punya
Baju merah siapa yang punya
Rasa sayang sayange

Ingat ingat itu Remember
Jangan lupa itu Don’t Forget
Aku cinta itu i Love You
Hanya kamu Only You


16. O Ulate

O Ulate Tanjung o Ulate
Tanjung Sibarane Tanjung o Ulate
Satu dua tiga dan empat lima anam di Kayu manis
Sinyo Ambon hitam dan manis kalau ketawa manis sekali
O Ulate Tanjung o Ulate
Tanjung Sibarane Tanjung o Ulate
Kalau ada sumur di ladang boleh beta menumpang mandi
Kalau ada umurlah panjang boleh beta bertemu lagi


17. Ole Sioh

Ole sio, sayang la di lale
Apa tempo, bale la kembali
Ingat Ambon, tanah tumpa darah
Lagi ibu, bapa dan saudarah
Mana kala beta sakit
Hati beta tra senang
Duduk murung serta tangis
Aer mata tumpahlah
Bale muka kanan kiri
Tak seorang jualah
Siapa sempat tolong beta
Beta ini asingla

Ole sio,
Sayang lah di la..le apa tempo
Balik lah kembali inga Ambon
Tanah tumpa da..rah
Lagi i..bu, bapa dan sauda..ra
Ambon negri yang kucinta
Sungguh indah pantainya
Akan dikau takkan lupa
Slama ada napasku
Beta ingin mau pulang
Jika panjang u..murku
Asal saja Tuhan sayang
Bila ada sertaku


18. Putra Putri Ambon

Jojaro dan mangore jangan lupa masih ada negri
Itulah pulau Ambone
suatu waktu putra putri ingin pulang sioh
Hatimu tidak tinggale
Kecil berangkate
Besar kembalie
Pulang pulang ke Ambon
Tua muda sioh


19. Rasa Sayange

Rasa sayange… rasa sayang sayange…
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange
Rasa sayange… rasa sayang sayange…
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange

Jalan jalan kekota paris
Lihat gedung berbaris baris
Anak manis jangan menangis
Kalau menangis malah meringis

Rasa sayange… rasa sayang sayange…
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange
Rasa sayange… rasa sayang sayange…
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange

Sana belang disini belang
Anak kucingku yang manis
Sana senang disini senang
Ayo kita menyanyi lagi

Rasa sayange… rasa sayang sayange…
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange
Rasa sayange… rasa sayang sayange…
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange


20. Sarinande

Sarinande, putri Sarinande
Mengapa tangis matamu bangka
Aduh mama, aduh la papa
La asap api masuk dimata
Aduh mama, aduh la papa
La asap api masuk dimata


21. Saule

Dari mana datang, Saule?
Dari kampung Bandan Saule
Mari kita berdendang, Saule?
Cara orang bujang Saule
Saule dari Ambon bidadari
Sioh nona dari Ambon bidadari
Saule dari Ambon bidadari
Sioh nona dari Ambon bidadari ya nona


22. Sayang Dilale

Sayang dilale sayanglah dilale sioh
Nona manise sayang dilale
Sayanglah dilale sayanglah dilale sioh
Ambon manise


23. Sayang Kene

Sayang kene rasa sayang kene,
Lihat dari jauh rasa sayang kene
Ombak putih-putih ombak datang dari laut
Kipas lenso putih tanah Ambon sudah jauh
Ole sioh sioh sayange lah rasa sayange
Sayang dilale apa tempo tuan balik ya nona ole sioh sayange
La gelange la gelange la mari topu topu gelange
Sengaja topu tangan topu tangan rame-rame,
Rame-rame gelange la balenggang lombose


24. Sudah Berlayar

Sudah berlayar jauh beginie
Tinggalkan Ambon tanah yang manis
Kalau kuingat sampai disinie
Tongkalah dagu duduk menangis
Beta tra lupa jalan dan jembatanmu
Lagi kuingat pantai dan pasirmu
Sudah berlayar jauh beginie
Ingatkan Ambon tanah yang manis


25. Tanase

E tanase tanase
Tanase tikag mata e
Jang pawela panggayo
Panggayo hasa-hasa

E tanase tanase
Tanase tikag mata e
Tu liat ikang skawang
Barenti pukul tifa
Juru mudi toma putar haluan
E tanase tanase
Ribu di bulan bulan
E masnait bekerja
Bekerja sama-sama e
Jang pawela panggayo
Panggayo hasa-hasa
E tanase tanase
Tanase tikag mata e
Jang pawela panggayo
Panggayo hasa-hasa
E tanase tanase
Tanase tikag mata e
Tu liat ikang skawang
Barenti pukul tifa
Juru mudi toma putar haluan
E tanase tanase
Ribu di bulan bulan
E masnait bekerja
Bekerja sama-sama e
Jang pawela panggayo
Panggayo hasa-hasa


26. Tarik Layar

Tarik layar, tarik layar ! Ombak puti-puti ombak datang dari laute
Tarik layar, ombak datange !
Laju, laju prahu laju tinggal pantai Ambone
Dari Utara datang angin sibu-sibu Juru mudi,
Jangan putar haluan
Dari Utara datang angin sibu-sibu
S’bentar lagi s’bentar lagi angin berdaya, angin dari laute,
Angin dari laute


27. Toki Tifa

Toki toki tifa toki toki toki toki tifa gendang
Toki toki toki tifa rame – rame
Toki tifa rata – rata iko irama balenggang badan ee
Toki tifa toki tifa rame – rame
Sambil dendang badendang toki
Goyang badan e
Putar lenso,, e manis lawang e
Game – game basudara e rasa saying lawang e
Bakulele rapat –rapat e sunggu manis gandong e
Bersuka, bersuka rame – rame
Toki tifa hu ea ea ea ea ea ea toki tifa bae – bae

Batoki raame – rame toki tifa dendang e
Toki tifa pam pam pam pum pum pum rame – rame dendang
Tifa dendang subabunyi kumpul basudara e
Dari awal…
Toki 16x
Toki Toki tifa pam pam pam pam pam pum pum pum pum pum pam pam
Toki 16x
Pam pam pam pam pam toki tifa dendang


28. Waktu Hujan Sore-sore

Waktu hujan sore-sore kilat sambar pohon kenari
E jojaro deng mongare mari dansa dan menari
Pukul tifa toto buang kata balimbing di kereta
Nona dansa dengan tuan jangan sindir nama beta
E menari sambil goyang badanee
Menari lombo pegang lenso manisee
Rasa ramai jangan pulang duluee

Demikian kumpulan lagu daerah Maluku. Jika ada saran, kritik, atau tambahan, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Keyword: Lagu Daerah Maluku

Originally posted 2020-04-05 13:18:31.